Internasional, gemasulawesi – Mesir yang merupakan salah satu importir gandum terbesar di dunia, telah memberikan pemberitahuan bahwa mereka akan menarik diri pada akhir Juni dari perjanjian pangan PBB yang telah berusia puluhan tahun, menyebabkan kekhawatiran diantara beberapa penandatangan konvensi lainnya.
Kepergian Mesir dari Konvensi Perdagangan Biji-bijian multinasional (GTC), yang mempromosikan transparansi pasar untuk kerja sama perdagangan lebih lanjut, mengikuti periode kekacauan di pasar biji-bijian yang terkait dengan perang di Ukraina dan kekhawatiran tentang ketahanan pangan global.
“PBB akan meminta Mesir untuk mempertimbangkan kembali keputusannya,” kata juru bicara PBB.
Baca : Penemuan Baru Patung dan Kuil Mirip Sphinx di Mesir Selatan
Keputusan itu dibuat oleh Mesir setelah melakukan kajian dan penilaian oleh Kementerian Pasokan dan Perdagangan Mesir yang menyimpulkan keanggotaan Mesir di dewan itu tidak memberikan nilai tambah.
Penandatangan lain untuk GTC termasuk importir dan eksportir biji-bijian utama kepada beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Mesir berutang biaya keanggotaan IGC dan Kementerian luar negeri Mesir tidak menanggapi pertanyaan tentang biaya itu,” kata juru bicara PBB.
Perang di Ukraina mengganggu pembelian gandum Mesir tahun lalu dan pemerintah mengadakan pembicaraan dengan negara-negara termasuk India ketika mencoba melakukan diversifikasi dari pasokan Laut Hitam.
Terlepas dari upaya tersebut, Mesir mengandalkan impor Rusia yang kompetitif untuk meningkatkan cadangannya melalui tender tradisional, beberapa didanai oleh Bank Dunia, serta penawaran langsung non-tradisional.
“Kami tidak mengharapkan dampak pada pasar biji-bijian dan secara simbolis, kepergian Mesir dari organisasi multinasional dapat dilihat sebagai hal yang memprihatinkan,” kata serikat pedagang di Mesir.
Baca : Tekanan Meningkat Pada PBB Untuk Memberikan Dukungan Mendesak ke Suriah Barat Laut
Dampak ekonomi dari perang juga memperburuk kekurangan mata uang asing di Mesir, yang menyebabkan perlambatan impor, tumpukan barang di pelabuhan, dan paket dukungan keuangan senilai 3 miliar dollar dari IMF.
Pada Januari, pemerintah Mesir menginstruksikan kementerian untuk mengekang pengeluaran yang tidak penting hingga akhir tahun fiskal. (*/Siti)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News