Perbandingan Scudetto Napoli Musim Ini, dengan Kemenangan Tim di Era Diego Maradona pada 33 Tahun Lalu dalam Serie A

waktu baca 4 menit
Ket. Foto: Sketsa legenda Napoli yakni Diego Maradona, dengan pemain tim Partenopei di masa kini Giovanni Di Lorenzo (Foto/Twitter/@sscnapoliES)

, gemasulawesi kini telah mengunci gelar pada musim 2022/2023, dimana peraih scudetto Liga Italia masing-masingnya berbeda dalam 4 musim terakhir.

Tidak hanya memenangkan pada musim ini yang membuatnya istimewa, tetapi juga ini menjadi suatu hal yang menarik.

Karena hampir seluruh generasi dari penggemar , kemungkinan belum pernah melihat tim mereka memenangkan Scudetto.

Baca: Prediksi Napoli vs Salernitana di Serie A, Skuad Partenopei Bidik Kemenangan Demi Mengunci Scudetto Setelah Penantian Panjang 33 Tahun

Dimana kemenangan terakhir dari datang di musim 1989/1990 lalu, yang berarti telah mengakhiri penantian panjangnya selama 33 tahun.

Antara langkah dalam meraih scudetto di era modern, dengan musim 1989/1990 memiliki sejumlah hal yang menarik untuk diketahui.

1. Pemain penting dalam skuad 1989/1990 dan 2022/2023

Baca: Napoli Diambang Scudetto, Para Fans Tim Partenopei Dihimbau Tak Menggelar Pesta Perayaan di Gunung Berapi Vesuvius

Yang begitu sangat jelas dari tim pemenang gelar era 89/90, dari ialah sosok dari .

Dia menjadi pemain kunci bagi dalam mendapatkan Scudetto pertama mereka, pada musim 1986/1987. Maradona kembali menjadi kesayangan pada 1990.

Pada 28 penampilannya di , kala itu Maradona mampu mencatatkan 16 gol dan juga 10 assist, yang cukup mengesankan serta begitu berkontribusi bagi tim.

Baca: Hasil Napoli vs AC Milan dengan Skor Akhir 0-4, Jadi Momentum Kebangkitan dari Skuad Rossoneri di Serie A

Saat itu menjadi pencetak gol terbanyak, diikuti oleh Careca dari Brasil dengan sepuluh gol, serta pemain Italia yakni Andrea Carnevale yang mengemas 8 gol.

Sementara itu, di era sekarang ada 2 pemain bintang yang di miliki oleh yang saling bekerja-sama di lini depan. Dengan Khvicha Kvaratskhelia dan juga Victor Osimhen.

Pemain sayap Georgia saat ini telah mencetak 12 gol dan 12 assist sejauh ini di . Kemudian bintang utama lainnya, Victor Osimhen telah mencetak 22 gol .

Baca: Prediksi Napoli vs AC Milan 3 April 2023, Tim Partenopei Dilema dengan Absennya Victor Osimhen di Serie A

2. Statistik pada tim 1989/1990 dan 2022/2023

Pada musim 1989/1990 pada hanya memiliki total 18 tim, sehingga hanya ada 34 pertandingan untuk dimainkan.

Saat itu dapat merebut gelar dengan hanya memiliki selisih yang cukup tipis, 2 poin saja atas AC Milan. Dimana menyelesaikan musim dengan total 51 poin.

Baca: Prediksi Derby Italia, AC Milan vs Napoli Bakal Adu Gengsi: Kesebelasan Manakah yang Lebih Bertaji dalam Perebutan Tiket Semifinal Liga Champions?

Sementara saat ini telah mengkoleksi total 80 poin, dengan hanya perlu melakoni 33 laga. Mengenai jumlah gol, tim asuhan Luciano Spalleti mampu mencetak total 69 gol di liga.

Tentunya lebih banyak dari 57 gol, yang dicetak pada era tim Maradona. Jumlah kebobolan juga lebih sedikit, dimana sekarang 23 gol dan sebelumnya 31 gol pada skuad 1989/1990.

3. Dua pelatih, peraih Scudetto terbaru

Kedua pelatih yang memberikan kemenangan gelar kepada Napoli, berada dalam tahap berbeda dalam karier mereka.

– Alberto Bigon (1989/1990)

Pada 33 tahun lalu, kala itu Napoli memenangi gelar dibawah asuhan dari Alberto Bigon. Saat dia belum lama menjadi pelatih senior sejak 1986.

Yang awalnya bertanggung-jawab memimpin Reggina dan Cesena sebelum pindah ke Napoli.

Tetapi kemudian Bigot tak bertahan lama, sebab sejak Maradona memilih hengkang. Juga diikuit oleh kepergian Bigot pada tahun 1991.

Yang mana kemudian dia hijrah ke Swiss dan Yunani, serta memenangkan sjumlah gelar liga. Meski demikian, Scudetto-nya bersama Napoli yang hingga kini tetap menjadi sorotan.

– Luciano Spaletti (2022/2023)

Luciano Spalletti bukanlah orang yang baru dalam hal kepelatihan maupun menajerial. Spalletti yang berasal dari Tuscan telah mulai melatih sejak 1993 selama 5 tahun bersama Empoli.

Kemudian juga melatih Sampdoria, Venezia, Udinese dua kali dan Ancona. Yang kemudian pada tahun 2005, menjadi juru taktik bagi AS Roma dan bisa mengubah nasib klub tersebut.

Dia memecahkan rekor untuk kemenangan terbanyak secara beruntun dalam 12 kali, setelah dengan sukses menaklukkan Lazio 2-0 melawan Lazio.

Mereka finis kelima di musim pertamanya, tetapi adanya skandal Calciopoli membuat AS Roma menjadi finis di urutan keempat dan berhasil masuk ke Liga Champions.

Segalanya menurun menjelang akhir waktunya dan dia mengundurkan diri pada September 2009.

Tapi di masa jabatannya berhasil mempersembahkan trofi Coppa Italia pada 2007 dan 2008, serta memenangkan Supercoppa Italiana pada 2007.

Setelahnya Spalletti memimpin Zenit Saint Petersburg dan mempersembakan 4 trofi.

Sebelum kembali ke Roma pada 2016 lalu dan membawa tim itu dari papan tengah, ke posisi kedua di . Musim keduanya juga membuat Giallorossi finis kedua lagi.

Tapi memilih hengkang dan bergabung dengan Inter Milan, dalam 2 kali membantu Nerazzurri lolos ke Liga Champions, tetapi dipecat pada Mei 2019.

Setelah dua tahun absen, dia bergabung dengan Napoli, tim besar ketiganya di di mana ada potensi untuk meraih Scudetto.

Dia memimpin mereka ke posisi ketiga pada musim 2021/2022, tetapi dia ditinggalkan sejumlah pemain menjelang musim ini.

Banyak yang mengkhawatirkan, dan Luciano Spalletti tak akan memiliki perfoma bagus. Namun  nyatanya perkiraan dari banyak orang salah.

Spalletti telah melakukan keajaiban, merombak serta memaksimalkan skuad yang ada.

Hingga akhirnya bisa memenangkan gelar untuk pertama kalinya, dalam 30 tahun setelah memulai karir manajerialnya. (*/Anisa)

 

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.