Berita parigi moutong, gemasulawesi– Tak terawat Rumah jabatan atau Rujab Ketua DPRD Parimo terendam akibat rembesan air hujan turun dari atap yang bocor.
Rujab Ketua DPRD Parimo, diketahui baru ditempati oleh Sayutin Budianto pada bulan Desember 2019.
Anehnya, Rujab tersebut sudah sejak tahun 2019 disampaikan kepada Pemerintah daerah Kabupaten Parimo untuk diperbaiki.
“Sudah pernah saya sampaikan kondisi Rujab ini tidak layak tinggal. Jika hujan deras, maka rembesan air masuk dari bocornya atap,” ungkap Ketua DPRD Parimo periode 2019-2024, Sayutin Budianto Sabtu, 27 Juni 2020 pukul 21.00 WITA.
Ia mengatakan, Rujab ini adalah milik negara, selama ini anggaran perawatannya tentu ada. Tapi entah kenapa kondisinya malah memprihatinkan.
Sementara itu pantauan gemasulawesi.com akibat guyuran hujan deras tersebut, sejumlah titik dalam ibu kota Kabupaten Parigi moutong di Kecamatan Parigi banjir akibat drainase tidak mampu menampung besarnya debit air.
Video banjir di rujab Ketua DPRD itu juga diviralkan oleh akun youtube Pajokka88
Jalan poros trans Sulawesi air meluap naik menggenangi jalan setinggi mata kaki. Luapan air terlihat deras berasal dari sejumlah titik drainase.
Selain menggenangi Rujab Ketua DPRD Parimo, hujan deras selama beberapa hari terakhir juga mengakibatkan banjir yang kembali menghantam wilayah perbatasan Desa Tolai dan Balinggi.
“Akibat hujan deras semenjak pagi tadi. Sehingga, sekitar pukul 01.15 Wita air sudah meluap ke jalan,” ungkap Anleg DPRD Parigi Moutong, Ummi Kalsum, Rabu 24 Juni 2020.
Ia mengatakan, sekitar 200 meter wilayah yang terkena banjir di perbatasan Desa Tolai dan Balinggi. Cuman, banyak lahan perkebunan dan pertanian warga yang terkena imbasnya.
Daerah itu lanjut dia, memang langganan banjir. Hujan deras sedikit saja, langsung air meluap ke jalan.
Banjir di perbatasan Desa Tolai dan Balinggi sudah sampai selutut orang dewasa. Sedangkan, banjir diwilayah Balinggi Jati lebih parah lagi melebihi lutut orang dewasa.
Baca: Model Rumah Sederhana Dengan Berbagai Tipe yang Rekomended
“Untuk aktivitas lalulintas kendaraan di lokasi banjir dibatasi. Hanya kendaraan tertentu saja yang bisa melintas. Alasannya, sangat rawan apabila dipaksakan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, kendaraan seperti motor pada saat mencoba melintas banyak yang tiba-tiba mengalami kerusakan. Sehingga, sementara tidak diizinkan melalui jalan itu.
Kepolisian dan TNI hingga saat ini, sedang melakukan pembatasan kendaraan melintasi jalan terkena banjir.
“Selain itu, bersama Polisi, TNI dan warga kami bergotong-royong mencoba memindahkan kayu-kayu besar yang menghalangi aliran sungai,” urainya.
Kayu besar itu kata dia, berasal dari perkebunan warga di sekitar aliran sungai yang terdampak banjir.
Menurutnya, sudah harus ada alat berat diturunkan ke lokasi banjir. Sebab, terdapat kayu besar yang saat ini sulit dipindahkan dengan menggunakan tenaga manusia.
“Hanya ada satu hal mengkhawatirkan. Salah satu pondasi jembatan di lokasi itu, nampaknya sudah retak. Sehingga, bisa membahayakan pengendara yang melintas,” tuturnya.
Sebaiknya, pihak instansi terkait memperhatikan hal itu. Apalagi, pada musim penghujan seperti saat ini.
“Satu-satunya solusi untuk mengatasi banjir adalah normalisasi sungai. Kalau normalisasi bagus, maka tiga kecamatan yang dilalui sungai itu akan terhindar dari bencana banjir serupa pada masa mendatang,” tegasnya.
Sebelumnya, DPRD usulkan normalisasi sungai di Sausu Piore Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Daerah itu menjadi langganan banjir, jika curah hujan lagi tinggi. Sehingga butuh adanya normalisasi sungai secepatnya,” ungkap Anggota legislatif DPRD Parigi Moutong Sulawesi Tengah, Ni Wayan Leli Pariani.
Bencana yang terjadi di Sausu Piore kata dia, adalah luapan sungai akibat tidak mampu menampung debit air.
Padahal, di sungai itu sudah ada tanggulnya atau bronjong untuk mengantisipasi kejadian bencana dan banjir serupa.
Namun, nampaknya belum mampu mencegah bencana banjir terjadi lagi di wilayah Sausu Piore.
“Saat ini, sudah dilakukan normalisasi sungai sesuai dengan usulan warga,” jelasnya.
Normalisasinya kata dia, dilakukan warga desa setempat secara swadaya dan mendapat bantuan alat berat dari empat perusahaan swasta berbeda.
Ia melanjutkan, pihak Pemdes membantu mengeluarkan biaya bahan bakar ke empat alat berat yang beroperasi menormalisasi sungai.
Bahkan, air sungai meluap akibat hujan deras berhari-hari juga membuat tanggul Sungai Pembuang Matampondo jebol.
Sekitar 100 hektar sawah di Desa Purwosari Kecamatan Torue Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah (Sulteng) terendam banjir.
“Jebolnya tanggul Sungai Pembuang Matampondo, akibat curah hujan yang tinggi sejak pagi,” ungkap Anleg DPRD Parigi Moutong Sulteng, Edy Putu Tangkas, via telpon seluler, Rabu 24 Juni 2020.
Ia mengatakan, petani terancam mengalami kerugian akibat banjir itu. Pasalnya, padi yang sementara ditanam sudah berumur sekitar tiga bulan.
Namun, pastinya petani masih akan melihat kondisi sawah keesokan harinya. Untuk memastikan kondisi tanaman padi di sawah masih bisa dipulihkan kembali atau tidak.
“Kondisi banjir ini disertai dengan lumpur. Sehingga, mengkhawatirkan kondisi padi warga,” jelasnya.
Ia menerangkan, kejadian jebolnya tanggul sungai dan melubernya air ke sawah warga sekitar pukul 16.00 Wita.
Sejumlah warga kata dia, saat ini tidak bisa berbuat banyak atas kejadian ini. Namun, pihaknya sudah menghubungi beberapa instansi terkait, termasuk unsur pimpinan DPRD Parimo.
“Kami berharap alat berat dari BPBD Parimo dapat diarahkan ke lokasi tanggul jebol, untuk mengatasi banjir,” tuturnya.
Sebenarnya, sudah dicanangkan untuk menormalisasi Sungai Pembuang Matampondo hingga ke muara laut.
Alasannya, endapan pasir membuat Sungai Pembuang Matampondo menjadi dangkal. Sehingga, debit air yang deras menjebol tanggul sungai.
“Hingga saat ini, kami masih menunggu BPBD Parimo, setelah laporan jebolnya tanggul sungai disampaikan,” terangnya.
Sebelumnya, akibat banjir sebanyak 50 Hektar sawah di dua desa Kecamatan Toribulu Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah (Sulteng), rusak terendam banjir.
Puluhan hektar sawah yang rusak, berada di Desa Sienjo dan Desa Toribulu Selatan Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Akibat banjir dengan intensitas curah hujan sangat lebat, sejak Rabu 17 Juni 2020 sekitar pukul 23.00 Wita hingga Kamis pagi 18 Juni 2020.
“Karena puluhan hektar sawah milik petani di Toribulu rusak terendam banjir. Sehingga, Pemda akan berupaya memperbaikinya,” ungkap Wakil Bupati Parigi Moutong H Badrun Nggai.
Ia mengatakan, setelah peninjauan akan diambil langkah yang tepat. Pihaknya berharap warga di Kecamatan Toribulu tetap menjaga kelestarian alam dengan tidak menebang pohon sembarangan.
Bencana banjir melanda Desa Toribulu Selatan, Kecamatan Toribulu Parimo, Kamis 18 Juni 2020 pagi. Penyebabnya adalah intensitas curah hujan yang tinggi. Dan mengakibatkan meluapnya air Sungai Toribulu.
Laporan: Irfan Mursalim