Internasional, gemasulawesi – Amerika Serikat (AS) akan merintis pembangunan empat megaproyek pangkalan militer canggih yang akan tersebar strategis di berbagai penjuru wilayah Filipina, seperti yang diungkapkan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Pemimpin Filipina ini memberikan rincian tambahan tentang instalasi baru yang telah dicatat, setidaknya satu fasilitas akan berlokasi dekat gugusan pulau yang disengketakan dan diklaim China dan negara lain.
Baca Juga : AS Menyegel Kesepakatan Militer Penting dengan Filipina yang Dekat dengan China
Bulan lalu, Informasi tentang fasilitas ini diungkapkan dari Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) dengan Washington.
“Empat lokasi tambahan akan dibangun di sekitar Filipina, beberapa di antaranya berada di wilayah utara, beberapa lagi di sekitar Palawan, dan beberapa lagi di bagian selatan,” bebernya.
Baca Juga : Pemulihan Ekonomi Indonesia Paling Lambat
Presiden Marcos menegaskan bahwa pangkalan yang akan dibangun akan menjadi kunci penting dalam menjaga keamanan pulau terbesar di Filipina, yaitu Luzon.
Terletak di barat daya Filipina, Palawan memiliki jarak sekitar 320 kilometer ke arah timur dari kepulauan Spratly yang selama ini menjadi sengketa di Laut China Selatan.
Baca Juga : Kapal Tiongkok Dituduh Menggunakan Laser Tingkat Militer Terhadap Kapal Filipina
Wilayah tersebut dikenal dengan beberapa nama lokal yang berbeda.
Kepulauan Spratly yang terdiri dari sejumlah pulau kecil ini menjadi klaim dari enam negara termasuk China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Filipina.
AS kemungkinan akan membangun pangkalan militer baru di dekat Laut China Selatan di Luzon, dengan mempertimbangkan lokasinya yang dekat dengan Taiwan yang dianggap oleh China sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca Juga : Setelah Sebuah Pesawat Kehilangan Kontak di Filipina
Meskipun sebelumnya AS telah mempertahankan kebijakan “ambiguitas strategis” terhadap Taipei, namun pendekatan tersebut telah dilanggar oleh Presiden Joe Biden.
Presiden Marcos kemudian mengingatkan tentang kompleksitas dan ketidakpastian lingkungan keamanan di kawasan tersebut, dan menyatakan kesadaran akan munculnya ancaman yang memerlukan penyesuaian strategi tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Baca Juga : Kantor Imigrasi Amankan Nelayan Filipina Terdampar di Gorontalo
Di bawah perjanjian EDCA 2014, AS awalnya diizinkan membangun lima pangkalan militer di sekitar Filipina, namun perjanjian tersebut baru-baru ini diperluas ke empat lokasi “strategis” tambahan.
Sampai saat ini, Washington telah mengeluarkan USD82 juta untuk membangun lima fasilitas asli dan terus bekerja di sejumlah pangkalan yang pada akhirnya akan digunakan sebagai tempat penempatan pasukan bergilir. (*/YN)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News