Kendari, gemasulawesi – Menurut Pusat Informasi Pasar atau PIP Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara, Adnan Jaya, di Kendari, meskipun saat ini buah pinang di pasaran belum menjadi komoditas unggulan di sektor perkebunan, namun, permintaan pasar mengalami peningkatan.
Adnan Jaya mengungkapkan peningkatan permintaan pasar terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Adnan Jaya menambahkan bahkan beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara telah mengembangkan tanaman pinang di sejumlah kecamatan.
“Khususnya untuk warga yang mempunyai lahan tidur,” ujarnya.
Adnan mengungkapkan harga buah pinang kupas yang ditawarkan di Sub Terminal Agribisnis atau STA di Kendari, Sulawesi Tenggara, mengalami penurunan drastis dari periode tahun sebelumnya.
Adnan menyampaikan harga pinang kupas sekitar 4.000 rupiah per kilogram hingga 4.500 rupiah per kilogram.
“Ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang harganya pernah mencapai 8.000 rupiah per kilogram,” katanya.
Dikutip dari Antara, dia mengatakan di tingkat petani produsen, harga buah pinang kupas lebih rendah lagi, yaitu sekitar 3.850 rupiah per kilogram.
“Untuk tingkat pedagang pengumpul dan pedagang antar daerah sekitar 4.100 rupiah hingga 4.200 rupiah per kilogram,” ucapnya.
Diketahui jika sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sulawesi Tenggara, La Haruna, menyatakan tanaman pinang di Sulawesi Tenggara belum menjadi primadona seperti jenis tanama kakao, lada, cengkih dan kelapa.
Menurutnya, itu dikarenakan pinang dianggap hanya sebagai tanaman pembatas kebun atau lahan yang ditemukan di desa-desa.
Dia melanjutkan jika pihaknya selalu mengimbau para petani agar lahan tidur yang dimiliki selama ini dimanfaatkan dengan menanam pinang.
“Karena, tanaman jangka panjang sangat mudah tumbuh di lahan apa saja dan juga bebas dari hama penyakit,” terangnya.
La Haruna menuturkan tanaman pinang belum menjadi tanaman unggulan di Sulawesi Tenggara, tetapi, secara umum, permintaan pasar, terutama dari Pulau Jawa dan juga beberapa daerah lainnya di Indonesia ramai memesan untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku obat-obatan.
“Juga perusahaan herbal yang bergerak di industri kosmetik,” paparnya. (Antara)