Internasional, gemasulawesi – Diketahui jika hingga kini, Israel masih belum menghentikan agresinya di Palestina yang telah membuat lebih dari 17.000 orang rakyat Palestina tewas dengan banyak yang terluka.
Hingga kini, masih banyak negara yang mengecam Israel, namun, tidak kunjung diindahkan protes dari seluruh dunia terkait tindakan yang mereka lakukan terhadap warga Palestina.
Di sisi lain, para pemimpin Yordania yang menjadi salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Israel menganggap pemerintahan PM Benjamin Netanyahu sangat berbahaya.
Hal itu dikatakan membuat hubungan Yordania dengan Israel memburuk dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dikatakan jika dari sudut pandang Yordania, perluasan pemukiman Israel dan penindasan yang semakin parah di Palestina terutama di Tepi Barat menimbulkan bahaya yang besar yang tidak hanya untuk warga Palestina, namun, juga untuk Yordania.
Selama bertahun-tahun lamanya, para pembuat kebijakan di Yordania mengakui jika mereka merasa khawatir dampak yang ditimbulkan dari gelombang besar pengungsi Palestina yang memasuki Yordania saat mereka tidak dapat menerima para pengungsi.
Raja Yordania juga menolak rencana Israel untuk kembali menduduki Gaza.
Sementara itu, Ratu Yordania, Ratu Rania, telah berbicara kepada media Barat dan berulang kali menyerukan gencatan senjata juga mengutuk kejahatan perang Israel.
Di tanggal 1 November 2023, Yordania juga mengumumkan keputusannya untuk menarik duta besar mereka dari Israel.
Baca Juga: Agresi Masih Belum Berhenti, Ini Bagaimana Penjajah Israel Mengotomatiskan Pendudukan Palestina
Salah satu jurnalis veteran Yordania menyatakan jika hubungan antara Israel dan Yordania berada di titik paling rendah dalam sejarah.
“Ini bahkan terjadi sebelum tanggal 7 Oktober 2023 dan sejak Netanyahu membentuk pemerintahan sayap kanan setahun yang lalu.
Dia menambahkan jika Yordania memandang serangan Israel sebagai pengubah permainan dalam konflik Israel-Palestina.
“Yordania juga khawatir serangan yang dilakukan Israel ini dapat membahayakan keamanan nasionalnya sendiri,” jelasnya.
Terdapat pandangan di kalangan masyarakat Yordania bahwa satus-satunya negara yang dapat dan mampu menekan Israel untuk mengubah perilakunya adalah Amerika Serikat, namun, pemerintahan Biden terlalu lemah untuk melakukan hal tersebut, terutama di tahun Pemilu. (*/Mey)