Berita parigi moutong, gemasulawesi– Pekan lalu, tim penanganan stunting Parigi Moutong Sulawesi Tengah (Sulteng), melaksanakan Monev program stunting ke beberapa kecamatan.
“Jadi selama delapan hari, sebanyak 47 desa telah dilaksanakan evaluasi stunting,” ungkap Kabid Sosbud Bappelitbangda Parigi Moutong, Sahid Badja, di Kantor Bappelitbangda, Selasa 7 Juli 2020.
Hasil Monev, banyak program stunting di Parigi Moutong terkendala. Dan belum bisa dijalankan akibat pandemi virus corona.
Ada dua program yang menjadi titik fokus monitoring tim penanganan stunting Parigi Moutong. Programnya adalah program untuk ibu hamil dan Bayi dibawah dua tahun (Baduta).
“Dua kegiatan itu, termonitor progresnya masih dibawah 50 persen. Setelah dievaluasi ternyata, faktor wabah virus corona yang menghambat program itu,” urainya.
Permasalahan pertama yang diakibatkan wabah virus corona adalah segi penganggaran. Refokusing anggaran akibat pandemi corona sempat menyulitkan bergulirnya program ini.
Karena refokusing anggaran itu, banyak kegiatan yang tertunda ataupun bergeser jadwal pelaksanaannya.
“Permasalahan kedua adalah kegiatan penanganan stunting tergeser, untuk menghindari timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan akibat pendemi virus corona,” tuturnya.
Ia mencontohkan, akibat pandemi virus corona kegiatan sosialisasi dan edukasi stunting ke ibu-ibu hamil itu sementara ditiadakan.
Alasannya, sangat berisiko apabila tetap mengumpulkan massa ditengah pandemi virus corona. Risiko penularan covid-19 akan semakin meningkat dan dapat membahayakan.
“Terkait refokusing anggaran, kami akan mencari solusi lain penganggaran bersumber dari sumber anggaran lainnya, misalnya dari sumber DID,” jelasnya.
Dari target awal 100 persen progres pelaksanaan penanganan stunting pada akhir tahun, mungkin tidak akan tercapai.
Perkiraannya, hanya dapat tercapai sekitar 85 persen saja yang bisa terealisasi progres kegiatan stunting.
Namun, kami juga telah mengambangkan aplikasi Simading untuk mendukung pelaksanaan program stunting.
“Aplikasi Simading ini, berfungsi untuk mengontrol dan mengevaluasi jalannya program stunting langsung pelaksana di lapangan,” terangnya.
Jadi, fungsi para bidan-bidan di desa akan dimaksimalkan menggunakan aplikasi Simading itu.
Tujuannya, progres penanganan stunting di desa dapat tersampaikan dengan cepat. Sehingga, bisa meminimalisir hambatan pelaksaaan program.
Hasil pelaksanaan program stunting ini nantinya, warga serta beberepa pihak berkepentingan lainnya dapat melihat hasil progres penanganan stunting di Parimo.
“Rencananya, aplikasi Simading ini akan diluncurkan pada pertengahan Juli 2020 mendatang,” tutupnya.
Laporan: Muhammad Rafii