Sulawesi Selatan, gemasulawesi - Banjir dan longsor yang melanda tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) telah menyebabkan 15 orang meninggal dunia.
Situasi terparah akibat banjir dan tanah longsor ini terjadi di Kabupaten Luwu, terutama di Kecamatan Latimojong, di mana sebanyak 210 warga yang paling terdampak dievakuasi ke pengungsian sementara.
Bencana banjir dan tanah longsor tersebut berdampak di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Luwu, Sidrap, Luwu Utara, Soppeng, Enrekang, Sinjai, dan Wajo.
Dari jumlah korban meninggal, sebanyak 13 orang berasal dari Luwu, sementara satu orang dari Wajo dan satu lagi dari Sidrap.
Amson Padolo, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, menjelaskan bahwa situasi sudah mulai membaik di enam kabupaten lainnya.
Namun, fokus saat ini adalah pada penanganan bencana di Luwu, khususnya dalam membuka jalur distribusi logistik ke 12 desa di Kecamatan Latimojong.
"Untuk saat ini, enam kabupaten sudah mulai pulih dan berada dalam kondisi yang stabil setelah proses pemulihan dan rehabilitasi. Oleh karena itu, fokus utama kami saat ini adalah membuka jalur distribusi logistik ke 12 desa di Kecamatan Latimojong, khususnya di Luwu," ujar Amson.
Korban tewas akibat banjir dan longsor di Luwu sebanyak 13 orang.
Delapan di antaranya meninggal karena tertimbun longsor, sedangkan lima lainnya terseret banjir bandang.
Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian untuk menemukan korban yang belum ditemukan.
Selain menangani situasi darurat, pemerintah juga mengalokasikan sumber daya untuk pemulihan dan rehabilitasi pasca-bencana.
Berdasarkan data terbaru BNPB dan BPBD Sulsel yang didapatkan pada 8 Mei 2024, terdapat kerugian materiil yang signifikan, termasuk rumah-rumah yang terdampak, jalan-jalan rusak, kendaraan yang terkena dampak, dan lahan pertanian warga yang terdampak.
Warga yang terdampak bencana juga mengalami kesulitan dalam mengakses bantuan dan fasilitas publik karena sebagian besar infrastruktur telah rusak.
Kondisi cuaca yang masih tidak stabil juga menambah kompleksitas penanganan bencana.
Saat ini, BMKG telah mengeluarkan tanda siaga bencana di Sulsel hingga 11 Mei 2024.
Hal ini disebabkan oleh prediksi cuaca yang masih lebat hingga sangat lebat, meningkatkan risiko terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di beberapa daerah.
Pemerintah dan lembaga terkait terus berkoordinasi untuk memberikan bantuan kepada warga terdampak dan melakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi korban lebih lanjut.
Masyarakat juga diminta untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari otoritas terkait dalam menghadapi situasi darurat ini. (*/Shofia)