Cengkareng, gemasulawesi - Beberapa waktu lalu, aksi penyiraman air keras di Cengkareng, Jakarta Barat sempat viral dan menjadi sorotan media sosial.
Kejadian yang mengejutkan ini terjadi pada Minggu, 1 September 2024 dan melibatkan seorang pelaku bernama JJS alias A (18) serta korban pasangan suami istri.
Polisi telah mengungkapkan motif di balik aksi brutal ini, yang ternyata didorong oleh rasa sakit hati pelaku terhadap korban.
Menurut keterangan Wakapolres Metro Jakarta Barat, AKBP Teuku Arsya Khadafi, pelaku JJS alias A, yang bekerja di sebuah kafe kawasan Green Lake, merasa tersinggung dan marah setelah sering dimarahi oleh korban.
Baca Juga: 
Geger Penculikan 2 Siswi SD di Tangerang Selatan, Polisi Kerahkan Tim Khusus untuk Ungkap Pelaku
Korban, yang merupakan rekan kerja pelaku, kerap menegur JJS terkait kesalahan dalam menyajikan makanan kepada pelanggan.
Ketegangan ini memicu kemarahan mendalam pada JJS, yang baru bekerja selama satu bulan di kafe tersebut.
"Pelaku sakit hati karena sering ditegur dan dimarahi oleh korban. Hal ini membuatnya mempersiapkan air keras untuk membalas dendam," ujar AKBP Arsya dikutip pada Jumat, 6 September 2024.
JJS merencanakan aksi kejam ini dengan sangat hati-hati.
Baca Juga: 
Masa Jabatan Pj Gubernur Sulawesi Tenggara Diperpanjang Menteri Dalam Negeri
Ia memperhatikan kebiasaan pulang kerja korban dan memilih waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.
Setelah mengetahui jadwal pulang korban, JJS membuntuti dan akhirnya menyiramkan air keras ke arah korban dan istrinya saat mereka dalam perjalanan pulang di Jalan Nusa Indah, Kresek Duri Kosambi, Cengkareng.
Akibat aksi tersebut, korban mengalami luka bakar parah di 90 persen tubuhnya dan saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk perawatan intensif.
Sementara itu, pelaku JJS telah diamankan dan dikenai pasal 351 ayat 2 KUHP tentang penganiayaan berat, dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Baca Juga: 
Tentara Penjajah Israel Dikabarkan Melarang Delegasi Menteri Palestina Mengunjungi Jenin Tepi Barat
Kejadian ini tidak hanya menggemparkan masyarakat tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya menangani masalah di tempat kerja dengan cara yang lebih konstruktif.
Kasus ini menyoroti perlunya komunikasi yang lebih baik dan pendekatan penyelesaian masalah yang lebih efektif untuk menghindari tindakan kekerasan yang bisa menimbulkan dampak serius.
Polisi terus menyelidiki lebih lanjut untuk memastikan tidak ada faktor lain yang terlibat dan memberikan keadilan bagi korban.
Publik pun diimbau untuk lebih berhati-hati dan melaporkan setiap tindakan kekerasan atau ancaman di tempat kerja agar kasus serupa dapat dicegah di masa depan. (*/Shofia)
 
             
                                     
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                     
                     
                     
                                        