Tragis! Siswa SMP di Deli Serdang Meninggal Dunia Diduga Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali oleh Gurunya

Siswa SMP di Deli Serdang meninggal dunia setelah dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR. Source: Foto/Ilustrasi/Freepik

Deli Serdang, gemasulawesi - Sebuah insiden tragis baru-baru ini mengguncang masyarakat Dusun I, Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. 

Seorang siswa berusia 14 tahun, Rindu Syahputra Sinaga, meninggal dunia setelah mengalami hukuman fisik yang ekstrem di sekolah. 

Hal ini mengejutkan banyak pihak dan memicu perdebatan mengenai praktik pendidikan yang aman dan manusiawi.

Tragedi ini bermula ketika Rindu tidak mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya. 

Baca Juga:
KPU Sigi Sebut Setiap Paslon Wajib Memahami Aturan tentang Kampanye dan Dana Kampanye selama Pilkada 2024

Sebagai bentuk hukuman, oknum guru honor agama di SMP Negeri I STM Hilir memaksanya melakukan squat jump sebanyak 100 kali. 

Setelah menjalani hukuman tersebut, Rindu pulang ke rumah dan mengeluh kepada ibunya tentang kondisi fisiknya yang sangat lelah dan tidak enak badan.

Khawatir dengan keadaan putranya, ibunya segera membawanya ke Klinik Mayen di Desa Limau Mungkur untuk mendapatkan perawatan. 

Meskipun Rindu sudah mendapatkan penanganan awal, kondisi kesehatannya tidak kunjung membaik. Ia terus merasakan sakit di seluruh tubuhnya dan merasa lemas, yang membuat keluarganya semakin cemas.

Baca Juga:
Pemkab Sigi Terus Berupaya Mengatasi dan Menekan Angka Kemiskinan Ekstrem dengan Pemberdayaan Berkelanjutan

Melihat kondisi Rindu yang semakin memburuk, keluarganya memutuskan untuk membawanya ke RSU Sembiring Delitua. 

Rindu tiba di rumah sakit sekitar pukul 01.00 WIB, namun setelah beberapa jam dirawat intensif, pihak rumah sakit mengumumkan bahwa Rindu telah meninggal dunia. 

Kejadian ini mengejutkan banyak orang dan menimbulkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Saat jenazah Rindu tiba di rumah duka, suasana haru menyelimuti. Ibunya, Derma Br Padang, tidak dapat menahan tangis dan berteriak penuh kemarahan kepada oknum guru yang dianggap bertanggung jawab atas kematian anaknya. 

Baca Juga:
Berbicara di PBB, Netanyahu Sebut Penjajah Israel Akan Terus Menyerang Jalur Gaza dan Lebanon

Ia berulang kali menyatakan rasa tidak terima dan keputusasaannya atas kehilangan yang begitu mendalam.

Peristiwa ini memicu perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi perlindungan anak. 

Banyak yang menyoroti perlunya perubahan dalam metode pengajaran di sekolah, terutama mengenai hukuman fisik yang dapat membahayakan kesehatan siswa. 

Di media sosial, peristiwa ini pun menjadi perbincangan hangat usai dibagikan di berbagai platform, salah satunya Instagram @medanviralinfo. Beragam komentar memadati unggahan di akun tersebut.

Baca Juga:
1 Orang Tewas, Militer Penjajah Israel Dilaporkan Mengebom Kompleks RS Syuhada Al Aqsa di Jalur Gaza Tengah

"Wahh keterlaluan itu, guru boleh marah, tapi akal sehat tetap harus dipakai," komentar akun @mhd***. 

Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak bahwa sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung perkembangan anak, bukan tempat di mana hukuman fisik dan kekerasan diizinkan. 

Harapan muncul agar keadilan dapat terwujud bagi Rindu dan agar anak-anak lainnya tidak mengalami perlakuan yang sama di masa depan. (*/Shofia)

Bagikan: