Hukum, gemasulawesi - Kota Batu digemparkan dengan kematian tragis seorang pelajar SMP yang diduga menjadi korban pengeroyokan oleh teman-temannya sendiri.
Korban berinisial RKA (14) merupakan siswa SMP Negeri 2 Kota Batu, yang beralamat di Jalan Bromo Gang 4 RT 4 RW 7 Nomor 4 A, Kelurahan Sisir, Kota Batu, Jawa Timur.
Menurut informasi yang dihimpun, RKA diduga mengalami penganiayaan dan pengeroyokan oleh teman-teman sekolahnya di SMP Negeri 2 Kota Batu pada Rabu, 29 Mei 2024.
Akibat dari insiden tersebut, RKA mengalami luka dan mengeluh sakit di bagian kepala.
Setelah kejadian itu, korban sempat mendapat perawatan medis di RS Hasta Brata, Kota Batu, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Jumat.
Kakek korban, Samiari, mengungkapkan kronologi yang dialami cucunya.
Awalnya, RKA pulang dari kegiatan kerja kelompok di daerah Jalan Pandan, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Sesampainya di rumah, RKA mengeluhkan sakit dan pusing di bagian kepala, namun tidak menceritakan penyebabnya.
"Jadi pulang dari kerja kelompok di rumah teman sekolah, cucu saya pusing dan sakit di kepala," ujar Samiari, dikutip pada Minggu, 2 Juni 2024.
Keluarga kemudian mencari informasi dari beberapa teman RKA hingga menemukan fakta adanya dugaan pengeroyokan.
RKA diduga dipukuli oleh teman-temannya di suatu tempat setelah dibawa menggunakan motor.
"Baru tadi pagi, korban bercerita jika kepalanya pusing terus-menerus karena dikeroyok teman-teman saat kerja kelompok. Karena pusing tak kunjung sembuh, akhirnya dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia," jelas Samiari.
Polisi pun bergerak cepat mengungkap kasus pengeroyokan ini.
Kapolres Batu AKBP Oskar Syamsuddin menyatakan bahwa lima anak yang terlibat dalam kasus ini telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kelima anak tersebut berinisial AS (13), MI (13), KA (13), MA (13), dan KB (13), yang masing-masing memiliki peran berbeda dalam insiden tersebut.
Pada saat kejadian, KA diketahui menjemput RKA dan merekam video saat korban dipukuli.
MI memukul kepala RKA sebanyak tiga kali dan menendang punggungnya.
MA memukul dua kali pada punggung, menendang tiga kali pada perut, paha, dan bokong, serta menyeret korban.
Sementara AS dan KB meski tidak ikut memukul, mereka yang diduga menyuruh pemukulan tersebut.
AKBP Oskar menjelaskan bahwa motif pengeroyokan dipicu oleh tersinggungnya MA karena permintaan RKA untuk mencetak tugas pada malam hari yang tidak diindahkan oleh MA.
"Motif inisial MA karena tersinggung oleh korban yang meminta untuk mencetak atau nge-print tugas pada malam hari tapi tidak mau. Akibat tersinggung tersebut, MA mengajak teman-temannya untuk melakukan penganiayaan terhadap korban," jelas Oskar.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa korban meninggal akibat retak pada tempurung kepala bagian kiri, yang menyebabkan pendarahan dan penggumpalan darah di otak.
"Berdasarkan hasil visum, korban meninggal akibat retak pada batok kepala bagian kiri sehingga terjadi pendarahan dan penggumpalan darah pada otak," terang AKBP Oskar.
Kasus ini menjadi peringatan serius akan pentingnya pengawasan dan pendidikan karakter bagi anak-anak.
Kekerasan di kalangan pelajar harus segera ditangani untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Sekolah, orang tua, dan pihak berwenang perlu bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi perkembangan anak-anak. (*/Shofia)