Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, ini adalah awal yang sulit di tahun 2024 untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Hal ini dikarenakan di tanggal 1 Januari 2024, Mahkamah Agung Israel dilaporkan membatalkan undang-undang kontroversial yang diperkenalkan oleh pemerintahan Benjamin Netanyahu di tahun 2023 lalu.
Undang-undang kontroversial itu diketahui membatasi kewenangan tertentu dari pengadilan tinggi dan menyebabkan protes yang keras di dalam negeri Israel sendiri.
Baca Juga:
Tetap Bertahan Hidup, Ini Bagaimana Kelompok Parkour Ubah Reruntuhan di Gaza Jadi Arena Olahraga
Di tanggal 2 Januari 2024, wakil ketua Hamas dilaporkan tewas dan juga bersama beberapa orang pejabat Hamas lainnya di kantor mereka di Beirut, Lebanon.
Meskipun Israel hingga kini masih belum mengakui bertanggung jawab untuk pembunuhan itu, para analis mengungkapkan semua serang tersebut memiliki ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri serangan Israel yang ditargetkan.
Sebuah pendapat di luar sana menyatakan jika keputusan Mahkamah Agung memang menjadi pukulan yang telak untuk Benjamin Netanyahu, namun, pembunuhan wakil ketua Hamas, Saleh Al-Arouri, menjadi momen kemenangan bagi Netanyahu dan kabinet perangnya.
Dikabarkan jika sebuah artikel diterbitkan di sebuah surat kabar milik Israel yang mengungkapkan berita dari Beirut tersebut telah dilihat secara positif oleh masyarakat Israel dan memberikan para pemimpin Israel sebuah ‘foto kemenangan’ yang sangat dibutuhkan ketika perang Palestina berlangsung beberapa bulan lamanya.
Namun, artikel itu juga menyampaikan bahwa bagi mereka yang menjadi keluarga dari lebih dari 100 tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza, berita itu menjadi sebuah tikaman di hati.
Diketahui jika di hari Selasa sebelum pembunuhan di Beirut, Netanyahu bertemu dengan keluarga-keluarga para tawanan tersebut di Israel.
Dalam kesempatan itu, dia memberitahu jika kemungkinan kesepakatan dengan Hamas sedang dibuat yang dapat mengarah kepada pembebasan tawanan.
Segera setelah wakil ketua Hamas dibunuh, Hamas menegaskan mereka tidak akan menyepakati kesepakatan gencatan senjata apapun yang berarti kembali mengubur harapan para keluarga sandera Israel yang belum dibebaskan.
“Pembunuhan wakil ketua Hamas di Beirut mungkin dilihat oleh banyak warga Israel sebagai pencapaian militer, namun, tidak selalu berarti kemenangan politik bagi Benjamin Netanyahu,” ujar para analis yang tidak disebutkan namanya menanggapi kabar tersebut. (*/Mey)