Internasional, gemasulawesi – 2 pekerja bantuan dari kelompok bantuan Inggris, Oxfam, tewas dalam serangan udara penjajah Israel di Jabalia di Jalur Gaza utara.
Dalam sebuah pernyataan, Oxfam mengatakan mereka berduka atas kehilangan tragis mitra kami di Juzoor, Dr. Ahmad Al-Najar dan bidan Laila Jneid, yang tewas akibat serangan udara penjajah Israel di Jabalia.
Dikatakan kedua pekerja itu sedang memberikan perawatan kesehatan yang menyelamatkan nyawa di Jalur Gaza.
Baca Juga:
3 Anak Palestina Terluka Akibat Tembakan Tentara Penjajah Israel di Beit Furik Tepi Barat
“Menyerang pekerja bantuan adalah kejahatan perang,” ujar mereka yang kembali menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Di sisi lain, penjajah Israel menyebutkan angkatan udaranya menyerang markas besar intelijen Hizbullah di Beirut, Lebanon, pada hari Minggu, tanggal 20 Oktober 2024, serta bengkel bawah tanah untuk produksi senjata.
“Jet tempur kami menewaskan 3 komandan Hizbullah, termasuk Alhaj Abbas Salameh, seorang tokoh senior di komando selatan kelompok tersebut, Radja Abbas Awache, seorang ahli komunikasi, dan Ahmad Ali Hussein, yang dikatakannya bertanggung jawab atas pengembangan senjata strategis,” kata militer penjajah Israel.
Tidak jelas apakah ketiganya tewas dalam serangan di kantor pusat atau dalam tindakan terpisah.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri penjajah Israel, Israel Katz, menyatakan dia telah memerintahkan kementeriannya untuk memulai proses hukum terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, setelah Paris melarang perusahaan penjajah Israel melakukan partisipasi dalam pameran dagang angkatan laut militer yang akan datang.
Keputusan untuk melarang perusahaan penjajah Israel adalah insiden paling baru dalam rangkaian insiden yang dipicu oleh kekhawatiran pemerintah Macron atas tindakan penjajah Israel dalam perang di Jalur Gaza dan Lebanon.
Baca Juga:
Drone dari Lebanon Dilaporkan Targetkan Kediaman Benjamin Netanyahu di Penjajah Israel
“Saya telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri atau Kemenlu untuk mengambil tindakan hukum dan diplomatik terhadap keputusan Presiden Prancis untuk mencegah perusahaan penjajah Israel memamerkan produk mereka di pameran @SalonEuronaval di Paris bulan depan,” ucap mereka. (*/Mey)