Internasional, gemasulawesi - Kontroversi yang melibatkan Gus Miftah, seorang tokoh agama ternama Indonesia, baru-baru ini menarik perhatian luas, baik di dalam negeri maupun internasional.
Kejadian bermula dari komentar yang dilontarkan oleh Miftah, yang menjadikan seorang pedagang es teh bernama Sunhaji sebagai bahan candaan dalam ceramahnya.
Komentar tersebut langsung menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang menyebut tindakan Miftah sebagai contoh sikap sombong dan angkuh yang tidak layak dikeluarkan oleh seorang tokoh agama.
Dalam pernyataannya, Anwar Ibrahim mengungkapkan keprihatinannya terhadap komentar tersebut, mengingat Miftah adalah seorang pendakwah yang dihormati banyak orang.
Anwar menegaskan bahwa seorang tokoh agama seharusnya bisa menunjukkan contoh sikap rendah hati dan menghargai mereka yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Komentar semacam itu hanya akan merendahkan dan menambah jarak antara masyarakat dengan tokoh agama. Kita harus lebih berhati-hati dalam berbicara, terutama ketika kita tahu bahwa setiap kata kita memiliki dampak yang besar," kata Anwar, dikutip pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Reaksi keras dari PM Malaysia ini langsung disambut oleh banyak pihak di Indonesia, baik dari kalangan netizen maupun tokoh agama lainnya.
Di media sosial, banyak warganet yang mengkritik keras tindakan Miftah, dengan menyebutnya tidak pantas dilakukan oleh seorang pendakwah.
Miftah, yang dikenal dengan gaya dakwah yang blak-blakan, akhirnya mengeluarkan permintaan maaf terbuka kepada publik atas komentarnya yang dianggap menyinggung banyak pihak.
Dalam pernyataannya, ia mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa komentar tersebut tidak bermaksud merendahkan profesi pedagang, tetapi hanya sebatas guyonan yang tidak tepat.
"Saya minta maaf jika ada pihak yang merasa tersinggung, saya mengakui bahwa saya salah dan akan lebih berhati-hati lagi dalam berbicara," ujarnya.
Meskipun permintaan maaf ini telah disampaikan, kontroversi masih menyisakan perdebatan panjang di kalangan masyarakat.
Banyak pihak yang menilai bahwa komentar tersebut tidak hanya menyinggung individu, tetapi juga dapat merusak citra seorang tokoh agama yang seharusnya memberikan teladan.
Sehingga, kejadian ini menjadi pelajaran penting mengenai pentingnya sikap bijaksana dalam berucap, apalagi bagi mereka yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat.
Selain itu, polemik ini juga mengingatkan kita semua bahwa perkataan yang diucapkan oleh tokoh agama harus mengedepankan rasa hormat dan saling menghargai. (*/Shofia)