Kupas Tuntas, Gemasulawesi – Studio Ghibli, sebagai panggung ajaib untuk karya animasi yang tak terlupakan, menghadirkan lagi sebuah mahakarya penuh pesona yang tak terlupakan, “The Tale of the Princess Kaguya”.
Di bawah tangan ajaib sutradara Hayao Miyazaki, film ini mengajak kita dalam perjalanan melintasi alam dongeng yang penuh keindahan, sambil membawa pesan-pesan tentang kecantikan, cinta, dan kerinduan yang mendalam.
Inspirasi film ini diambil dari prosa naratif Jepang abad ke-10, yang dikenal sebagai “The Tale of the Bamboo Cutter”.
Ceritanya berpusat pada keajaiban alam ketika seorang pemotong bambu menemukan seorang bidadari tumbuh dari batang bambu.
Kisah ini segera berubah menjadi perjalanan yang mengharukan dan penuh misteri.
Kaguya, sang bidadari, dibawa pulang dan diasuh oleh pemotong bambu dan istrinya.
Kecantikannya yang luar biasa menarik perhatian banyak pelamar, termasuk pangeran dan Kaisar.
Namun, pesona Kaguya adalah hanya permukaan dari cerita yang jauh lebih dalam.
Melalui mata Hayao Miyazaki, Kaguya menjadi lambang kerinduan akan tempat asalnya.
Di antara tuntutan dunia manusia dan kerinduan akan dunia roh, Kaguya terjebak dalam dilema antara cinta dan identitas.
Dalam upaya untuk menghindari pernikahan yang diatur, Kaguya memberikan pelamar-pelamarnya tugas-tugas yang sulit dijawab.
Film ini menjadi perwujudan visual dan emosional dari kisah tersebut.
Studio Ghibli menghadirkan visual yang memesona dengan sentuhan magisnya, sementara arahan Hayao Miyazaki memastikan bahwa emosi setiap karakter dan adegan terasa begitu nyata dan mendalam.
Dalam perjalanan ini, “The Tale of the Princess Kaguya” mengajak kita untuk merenungkan tentang keindahan sejati, makna cinta, dan kerinduan yang abadi.
Film ini adalah jendela ke dunia dongeng yang menggugah perasaan dan mengajarkan kita tentang hal-hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. (*/Haris Wahyu Pratama)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News