Nasional, gemasulawesi – Prabowo telah memiliki dan mengelola sejumlah perusahaan di Indonesia dan di luar negeri.
Peran dan keberhasilan Prabowo dalam dunia bisnis mencerminkan perjalanan yang menarik dalam kariernya.
Salah satu perusahaan yang dimiliki Prabowo adalah PT Tidar Kerinci Agung, yang berfokus pada produksi minyak kelapa sawit.
Baca juga: Eksplorasi 3 Tempat Wisata Kuliner yang Memanjakan Lidah: Cita Rasa Malam di Madiun
Selain itu, Prabowo juga mengepalai PT Nusantara Energy, yang memiliki operasi di berbagai sektor seperti migas, pertambangan, pertanian, kehutanan dan pulp.
Perusahaan lain yang berada di bawah kendalinya adalah PT Jaladri Nusantara, yang bergerak dalam sektor perikanan.
Setelah memasuki dunia perusahaan, Prabowo mengikuti jejak karier adiknya, Hashim Djojohadikusumo dan memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis.
Baca juga: 3 Destinasi Wisata yang Memukau di Alam Pegunungan: Melangkah ke Dataran Tinggi Lumajang
Awal karir bisnisnya dimulai ketika ia membeli Kiani Kertas, sebuah perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur.
Perusahaan ini sebelumnya dimiliki oleh Bob Hasan, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soeharto.
Prabowo membeli Kiani Kertas dengan menggunakan pinjaman senilai Rp 1,8 triliun dari Bank Mandiri.
Baca juga: Mendalami Kekayaan Sejarah Lumajang Melalui 3 Destinasi Wisata Bersejarah yang Mengagumkan
Selain Kiani Kertas, yang kemudian diganti namanya menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki oleh Prabowo juga memiliki kepemilikan dalam 27 perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh Prabowo bergerak dalam berbagai sektor, termasuk perkebunan, pertambangan, kelapa sawit, dan batu bara.
Pada saat pemilihan presiden tahun 2009, Prabowo dikenal sebagai calon wakil presiden terkaya, dengan total aset mencapai Rp 1,579 triliun dan US$ 7,57 juta.
Baca juga: 3 Destinasi Wisata yang Memukau di Alam Pegunungan: Melangkah ke Dataran Tinggi Lumajang
Kekayaannya ini mencakup aset berharga seperti 84 ekor kuda istimewa, beberapa di antaranya memiliki nilai hingga 3 miliar rupiah per ekor, serta sejumlah mobil mewah seperti BMW 750Li dan Mercedes Benz E300.
Kekayaannya ini menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa, sebab dibandingkan dengan laporan kekayaannya pada tahun 2003, kekayaannya meningkat 160 kali lipat.
Pada saat itu, ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153 miliar rupiah.
Baca juga: Mendalami Kekayaan Sejarah Lumajang Melalui 3 Destinasi Wisata Bersejarah yang Mengagumkan
Namun, pada tahun 2011, terungkap bahwa PT Kertas Nusantara memiliki 161 kreditor, yang terdiri dari 136 kreditor konkuren, 18 kreditor istimewa dan 7 kreditor separatis.
Menurut verifikasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha, utang total PT Kertas Nusantara pada saat itu mencapai Rp 14,31 triliun.
Bahkan, pada tanggal 9 Juni 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengeluarkan perintah kepada PT Kertas Nusantara untuk membayar utang sebesar Rp 142 miliar kepada PT Multi Alphabet, salah satu kreditornya, dalam waktu 45 hari.
Baca juga: Eksplorasi 3 Tempat Wisata Kuliner yang Memanjakan Lidah: Cita Rasa Malam di Madiun
Ancaman kebangkrutan menghantui PT Kertas Nusantara, namun pada tanggal 21 Juli 2011, perusahaan ini berhasil menghindari kebangkrutan setelah 89% kreditornya menyetujui perpanjangan masa pembayaran utang.
Pada tanggal 20 Januari 2014, terdapat laporan mengenai masalah yang dihadapi PT Kertas Nusantara terkait upah 600 karyawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang belum dibayarkan selama lima bulan.
Laporan ini juga mencantumkan ancaman bahwa para buruh tidak akan memilih Prabowo dan akan menggelar aksi di Bundaran HI sebagai bentuk protes.
Baca juga: Eksplorasi 3 Tempat Wisata Kuliner yang Memanjakan Lidah: Cita Rasa Malam di Madiun
Namun, berita ini kemudian diperbaiki oleh Indra Alam, Ketua SP Kahutindo PT Kertas Nusantara, yang menyatakan bahwa dia tidak pernah mengajak buruh untuk berdemonstrasi atau memboikot Prabowo dalam pemilu.
Dia juga menjelaskan bahwa masalah utang gaji telah diselesaikan sejak Maret 2014.
Direktur PT Kertas Nusantara, Winston Pola, telah meminta maaf atas masalah ini dan menjelaskan bahwa kesulitan keuangan terjadi karena pabrik tidak beroperasi dengan kapasitas penuh pada pertengahan tahun 2013. (*/Riski Endah Setyawati)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News