Nasional, gemasulawesi – Anies Baswedan memulai perjalanan pendidikannya sejak usia sangat muda yaitu ketika dia baru berusia 5 tahun.
Pendidikan awal Anies Baswedan dimulai di Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada, Kota Yogyakarta, mencerminkan awal yang cerah dalam dunia pendidikan.
Setelah itu, pada usia 6 tahun, Anies Baswedan melanjutkan pendidikannya di SD Negeri Percobaan 2, Kabupaten Sleman.
Baca juga: Menyelami Kekuatan Intelektual Prabowo Subianto Melalui Karya Tulisnya yang Menggetarkan Hati
Sejak masa kanak-kanaknya, Anies dikenal sebagai seorang anak yang mudah bergaul dan selalu memiliki banyak teman.
Setelah menyelesaikan jenjang sekolah dasar, Anies melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama dan diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
Di sekolah ini, Anies aktif berpartisipasi dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Ia menjabat dalam posisi yang terkenal dengan sebutan “seksi kematian” dalam OSIS, yang bertugas mengabarkan berita-berita duka kepada siswa dan guru.
Anies juga memiliki peran penting sebagai ketua panitia tutup tahun semasa sekolah menengah pertama.
Setelah menyelesaikan jenjang SMP, Anies melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 2 Yogyakarta.
Baca juga: Kisah Hidup dan Cinta Keluarga Prabowo Subianto: Perjalanan yang Menginspirasi dan Penuh Tantangan
Pada tingkat sekolah menengah atas, Anies terus aktif berorganisasi. Ia terpilih sebagai Wakil Ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama dengan ratusan pelajar yang menjabat sebagai Ketua OSIS di seluruh Indonesia.
Keberhasilannya dalam pelatihan ini kemudian membuatnya terpilih sebagai Ketua OSIS seluruh Indonesia pada tahun 1985.
Ini adalah langkah awal yang menandai bakat kepemimpinan Anies.
Baca juga: Membongkar Citra Pribadi Prabowo Subianto dalam Kampanye Pemilihan Umum
Pada tahun 1987, Anies mendapat kesempatan istimewa untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS (American Field Service) dan menjalani tahun ajaran di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Program ini mengharuskannya untuk menjalani pendidikan tingkat SMA selama empat tahun, dan ia akhirnya lulus pada tahun 1989.
Pengalaman di luar negeri ini membuka wawasan Anies terhadap budaya dan sistem pendidikan yang berbeda, yang nantinya akan menjadi berharga dalam perjalanannya.
Baca juga: Membongkar Citra Pribadi Prabowo Subianto dalam Kampanye Pemilihan Umum
Setelah kembali ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan untuk terlibat dalam dunia jurnalistik.
Ia bergabung dengan program “Tanah Merdeka” di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta dan berperan sebagai pewawancara tetap untuk mewawancarai tokoh-tokoh nasional yang berpengaruh.
Menginjak jenjang perguruan tinggi, Anies diterima di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 1989.
Baca juga: Menyelami Kekuatan Intelektual Prabowo Subianto Melalui Karya Tulisnya yang Menggetarkan Hati
Dia tetap aktif berorganisasi dan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), di mana ia menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI Universitas Gadjah Mada.
Anies juga menjalani peran sebagai Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya.
Selama masa kepemimpinannya, ia berhasil memulihkan Senat Mahasiswa setelah sebelumnya dibekukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kesuksesan ini membawanya terpilih sebagai Ketua Senat Universitas melalui kongres pada tahun 1992.
Masa kepemimpinannya ditandai dengan berbagai inovasi dalam lembaga kemahasiswaan.
Salah satu inovasi yang paling mencolok adalah pendirian Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai lembaga eksekutif yang berfungsi untuk melengkapi peran Senat Mahasiswa sebagai lembaga legislatif.
Peran Senat Mahasiswa pun semakin diperkuat dan disahkan oleh kongres pada tahun 1993.
Masa kepemimpinannya juga dikenal karena memulai gerakan berbasis riset sebagai respons terhadap tereksposnya kasus Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh yang melibatkan Hutomo Mandala Putra, putra dari Presiden Soeharto.
Anies juga aktif dalam menginisiasi demonstrasi menentang penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.
Pada tahun 1993, Anies memenangkan beasiswa dari Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Universitas Sophia, Tokyo, dalam bidang kajian Asia.
Ini adalah prestasi yang luar biasa yang ia capai melalui lomba menulis bertema lingkungan.
Kemudian, Anies melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada dan lulus pada tahun 1995.
Baca juga: Menyelami Kekuatan Intelektual Prabowo Subianto Melalui Karya Tulisnya yang Menggetarkan Hati
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Anies mulai bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Namun, semangatnya dalam mencari pengetahuan dan kesempatan untuk belajar lebih lanjut membawanya ke Amerika Serikat.
Ia menerima beasiswa Fulbright dari American Indonesian Exchange Foundation untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, Universitas Maryland pada tahun 1997.
Selama masa studinya di sana, ia juga dianugerahi gelar William P. Cole III Fellow, sebuah penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi di universitasnya.
Ia lulus pada bulan Desember 1998.
Setelah menyelesaikan gelar masternya, Anies melanjutkan pendidikannya di Northern Illinois University pada tahun 1999.
Di sana, ia mengambil jurusan ilmu politik dan bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya.
Selama masa studinya, ia meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, sebuah penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004.
Pada tahun 2005, Anies menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia,” yang menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik.
Disertasinya ini didasarkan pada data survei dari 177 kabupaten dan kota di Indonesia.
Ini adalah perjalanan pendidikan yang luar biasa dan mengesankan yang membentuk dasar pengetahuan dan wawasan Anies dalam berbagai bidang, mulai dari ilmu politik hingga kebijakan ekonomi dan jurnalistik.
Dengan semangat belajar yang tak pernah padam, Anies terus berkembang sebagai pemimpin yang memahami nilai pentingnya pendidikan dan penelitian dalam mencapai perubahan positif dalam masyarakat. (*/Riski Endah Setyawati)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News