Anggaran Covid19 di Indonesia Dinilai Tidak Tepat dan Cenderung Mubazir

<p>Foto: Illustrasi anggaran covid19.</p>
Foto: Illustrasi anggaran covid19.

Gemasulawesi- Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan, kebijakan anggaran covid19 di Indonesia, tidak tepat dan cenderung mubazir.

“Kita ini sudah banyak keluar uang tapi Covid masih juara dunia, karena penuntasannya nggak tuntas. Covid19 belum tuntas, tapi kebijakan ekonomi didahulukan. Sehingga tiap mengendali jadinya gagal. Uang itu mubazir, ini lah yang membuat pengendalian Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tidak efektif,” ungkap Anthony dalam webinar, Minggu 1 Agustus 2021.

Pemerintah dinilai, terlalu mementingkan ekonomi sejak awal pandemi dibandingkan menumpas tuntas covid19.

Baca juga: Terealisasi 52 Persen, Satgas Maksimalkan Penyaluran Program PEN Kuartal IV

Alhasil, banyak anggaran covid19 di Indonesia terbuang. Namun, tidak mempengaruhi penurunan angka kasus penyebaran.

Selain itu, dia juga meyoroti adanya anggaran lebih dari APBN 2020 atau Silpa, yang tidak tertangani dengan baik.

Padahal, anggaran itu bisa digunakan untuk menangani dampak covid19. Berdasarkan data LKPP 2020 dari BPK, ada Rp 338 triliun total Silpa di tahun 2020.

“Ini ada penumpukan Silpa tidak digunakan di masa pandemi. Ini kalau saya katakan adalah kejahatan kemanusiaan, banyak pasien meninggal, ada dananya, tapi nggak dipakai. Jadi total Silpa sampai 2020 itu Rp 338 triliun ini luar biasa,” papar Anthony.

INDEF anggap anggaran PEN tidak ada pengaruhnya saat krisis pandemi covid19

Senada dengan itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini mengatakan, anggaran PEN tidak mengubah apapun dari krisis saat ini.

Anggaran PEN dipatok sangat besar, namun hasilnya penyebaran covid19 masih tinggi, bahkan sebagai juara dunia. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi juga tidak kunjung ke arah positif.

“Pembiayaan PEN dan Covid ini cukup besar, Rp 600-700 triliun, untuk pulihkan ekonomi sekaligus untuk tangani Covid. Tapi sekarang hasilnya malah COVID-nya juara dunia, tidak selesai. Lalu, pertumbuhan ekonominya juga tetap rendah. Ini adalah kegagalan penanganan pandemi,” ungkap Didik dalam sebuah webinar.

Sejak awal pandemi pemerintah seharusnya mengambil keputusan lockdown, bukan malah beralasan tidak mampu membiayai lockdown. Buktinya, sekarang anggaran bantuan sosial banyak digelontorkan.

“Anggaran sosial ini banyak tapi keluhan sangat banyak. Dari biaya ini harusnya nggak perlu khawatir lockdown, tapi Presiden bilangnya nggak bisa, maka covidnya terus terbengkalai,” tutupnya. (***)

Baca juga: Lambat Serapan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional, Ini Dugaan BPK

...

Artikel Terkait

wave

Fenomena Gelombang Panas, Lapisan Es Greendland Mencair Dua Kali Lipat

Fenomena gelombang panas terjadi di beberapa wilayah termasuk Greendland. Akibatkan jumlah es mencair dua kali lipat selama musim panas.

Program Kampus Mengajar Diharapkan Bisa Bantu Siswa Pedalaman

Mendikbudristek Nadiem Makarim berharap, para peserta lolos seleksi program kampus mengajar bisa bantu siswa, di daerah tertinggal.

IDI Sebut CDC Rekomendasikan Vaksinasi untuk Ibu Hamil

Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia mengatakan Centers for Disease Control and Prevention atau CDC rekomendasikan vaksinasi untuk ibu hamil.

Kapal Ikan Asing Asal Malaysia Berhasil Ditangkap

Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil menangkap satu Kapal Ikan Asing asal Malaysia. Meskipun sempat berupaya menghilangkan jejak.

Kemenag Harap Jamaah Umrah Indonesia dapat Kesempatan Ibadah

Plt Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Khoirizi menyampaikan agar Jamaah Umrah Indonesia mendapatkan kesempatan ibadah.

Berita Terkini

wave

Skandal Nepotisme di Kantor Wakil Bupati Parimo: Proyek Rehab Diduga "Diatur" untuk Keponakan Sendiri

Aroma Nepotisme menguat paska teridentifikasi ponakan Wabup mengerjakan Rehab ruangan wakil bupati Parigi moutong.

Nama Wakapolda Terseret Isu Bekingi PETI di Parigi Moutong, Helmi: Kita So Suruh Tangkap

Nama Wakapolda Sulteng, Brigjen Pol Dr. Helmi Kwarta Kusuma Putra Rauf, S.I.K., M.H., dicatut dalam pusaran PETI di Parigi Moutong.

Kapolres Parigi Moutong AKBP Hendrawan Agustian: Kami Akan Turunkan Tim Menyisir PETI Desa Tombi

Kapolres Parigi Moutong, AKBP Hendrawan Agustian, sebut akan turunkan tim untuk menyisir PETI di Desa Tombi.

Buntut Dugaan Pungli di PETI Desa Tombi, Polres Parigi Moutong Akan Panggil BPD dan Pemerintah Desa Setempat

Dugaan Pungli pemerintah desa Tombi terhadap pelaku tambang ilegal mendapat respon Polres Parigi moutong.

Dugaan Pungutan Liar Pemerintah Desa pada Penambangan Ilegal di Desa Tombi Mencuat

Setelah Sipayo, Giliran Desa Tombi coba melegalkan pungutan terhadap pelaku tambang ilegal yang tertuang dalam berita acara berkop surat BPD


See All
; ;