Nasional, gemasulawesi – Tersangka dalam kasus TPPO organ ginjal yang di perdagangkan di Kamboja tersebut mengungkapkan bagaiman dirinya telah terlibat dalam bisnis illegal tersebut.
Hanim, seorang tersangka yang memiliki peran sebagai penghubung utama dalam proses TPPO organ ginjal jaringan internasional ke Kamboja tersebut pun mengaku telah terlibat dalam sindikat tersebut selama tiga tahun.
Dikatakannya sindikat TPPO yang telah bertransaksi organ ginjal itu adalah satu-satunya yang memiliki relasi dengan Rumah Sakit bernama Preah Ket Mealea di Kamboja untuk bisnis tersebut.
Baca:Polisi Pulangkan Jenazah ABK Kapal Fu Yuan Yu Asal Donggala Sulteng
Hanim yang bergabung dalam sindikat pada tahun 2019 lalu diakibatkan dirinya telah terlibat dalam utang hingga akhirnya memutuskan untuk menjual ginjalnya dan menjadi bagian dalam sindikat yang telah memfasilitasi 31 pendonor.
Dirinya pun tak melakukannya sendiri, dikatakannya ia telah dibantu oleh rekan-rekannya yakni Sembilan orang yang memiliki peran yang berbeda-beda.
“Peran diantaranya mencari calon pendonor, mengurus dokumen paspor sampai mengatur penerbangan para korban agar tidak mengalami kendala,” ujar Hanim pada Sabtu, 22 Juli 2023.
Para korban pun turut dikumpulkan terlebih dahalu sebelum diberangkatkan yakni disebuah kontrakan di kawasan Tarumaja, Kabupaten Bekasi sampai RS Preah Ket Mealea meminta untuk didonorkan melalui Hanim.
Usai mendapatkan permintaan dari RS di Kamboja, para korban pun langsung dibawa ke Kamboja dan sesampai disana, ditempatkan di lantai tiga rumah sakit untuk menunggu calon pembeli.
Disampaikan kembali oleh Hanim, transaksi baru dilakukan usai para korban menemukan calon pembeli dan menandatangani surat persetujuan.
Lebih lanjut, apabila kedua pihak telah setuju, maka pendonor pun dioperasi oleh seorang dokter yakni Profeson Chen dengan masa pemulihan selama 10 hari yang ditempatkan di lantai 4 Rumah Sakit yang dijaga ketat oleh petugas rumah sakit bahkan tak diizinkan untuk dijenguk.
Selepas proses operasi pengangkatan organ ginjal selesai, rumah sakit pun langsung mengirimkan uang sebesar Rp.200 juta melewati Hanim yang kemudian disetorkan kepada korban sebesar Rp.135 juta.
Melalui pengakuannya, Hanim hanya mendapatkan bayaran sebesar Rp.5 hingga 7 juta per kepala pendonor.
Baca:Kemenkes RI Klaim Gagal Ginjal Akut Di Indonesia Sudah Tidak Mengkhawatirkan
Namun setelah dirinya mengenai tata cara penjualan ginjal, dirinya pun turut melakukan perekrutan calon korban melalui pengalaman pribadinya.
Diungkapkan pula olehnya bahwa keluarganya tak ada yang mengetahui bahwa dirinya bekerja dalam sindikat TPPO, melainkan kuli proyek di Kamboja.
“Saya bilang ke istrinya saya kalau kerja proyek,” ujarnya yang dikutip pada Minggu, 23 Juli 2023.
Baca:Pasien Anak Probable Gagal Ginjal Akut di Gorontalo Meninggal
Di samping itu, Dirreskrimum Polda Metro Jaya yakni Kombes Pol Hengki Haryadi menyampaikan Rumah Sakit Preah Ket Mealea di Kamboja tersebut merupakan Rumah Sakit militer.
“Tempat perdagangan organ itu di Rumah Sakit Militer di Phnom Penh,” tutur Hengki.
Mengetahui hal tersebut turut menjadi tantangan tersendiri bagi tim gabungan yang terdiri dari Divhubinter serta Polda Metro Jaya dalam mengusut kasus TPPO ini.
Baca:Makassar Buka Layanan 112 Respon Kasus Ginjal Akut
“Kami telah membentuk tim dengan Kadivhubinter dan Bareskim Polri untuk melakukan misi utama dalam menyelamatkan dan mencegah transplantasi organ itu tak terjadi kembali,” pungkasnya. (*/Naaf)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News