Internasional, gemasulawesi – Militer penjajah Israel dikabarkan menembak kaki seorang pria Palestina dalam penyerbuan yang dilakukan mereka di Tepi Barat.
Serangan tersebut diketahui terjadi kemarin, 18 Juni 2024, di dekat kota Baqa al-Sharqiya, yang berada di Tepi Barat, di sebelah utara Tulkarem.
Dikabarkan juga jika kondisi pria Palestina tersebut hingga kini masih belum diketahui.
Pasukan penjajah Israel juga telah menangkap seorang pria Palestina lainnya setelah menyerbu rumahnya di kota al-Dhaheriya, yang berada di sebelah selatan Hebron.
Sumber yang tidak disebutkan namanya menyampaikan seorang pria Palestina lainnya ditangkap di kota Habla, yang berada di sebelah selatan Qalqilya.
Sumber juga mengabarkan bahwa pasukan penjajah Israel telah melancarkan kampanye penangkapan di kota Jayyus, yang berada di sebelah utara Qalqilya.
“Belum dapat dipastikan berapa banyak orang yang ditahan,” katanya.
Serangan militer penjajah Israel juga dilaporkan terjadi di lingkungan al-Irssal di kota el-Bireh, desa Beit Abia, yang berada di sebelah barat Nablus dan kota al-Yamoun, sebelah utara Jenin.
Sementara itu, senator Amerika Serikat, Elizabeth Warren, telah mengumumkan bahwa dia akan memboikot pidato Benjamin Netanyahu di sidang gabungan Kongres AS yang akan dilangsungkan pada tanggal 24 Juli 2024.
“Perdana Menteri penjajah Israel bertanggung jawab atas bencana kemanusiaan di Jalur Gaza,” ujarnya.
Warren menambahkan Netanyahu juga telah menjelaskan dia tidak mendukung kebijakan AS untuk solusi 2 negara yang akan membiarkan rakyat penjajah Israel dan Palestina mengembangkan negara mereka sendiri untuk menentukan nasib sendiri dan hidup bermartabat.
Hal tersebut disampaikannya kepada wartawan untuk menjelaskan keputusannya untuk tidak hadir.
Diketahui jika Warren bergabung dengan senator Bernie Sanders yang memboikot pidato Netanyahu dan juga perwakilan Jim Clyburn serta perwakilan Ro Khanna.
Dilaporkan jika para pemimpin Kongres Amerika Serikat secara resmi mengundang Netanyahu untuk datang berbicara pada awal bulan Juni, yang dianggap sebagai unjuk dukungan masa perang terhadap pemimpin penjajah Israel, meski terjadi perpecahan politik di Amerika Serikat terkait perang Jalur Gaza. (*/Mey)