Internasional, gemasulawesi – Sekitar 9 orang warga Palestina, termasuk setidaknya 5 orang anak-anak Palestina, tewas dalam serangan pasukan penjajah Israel yang menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij.
Diketahui jika kamp pengungsi Bureij berada di Jalur Gaza bagian tengah.
Dikabarkan jika korban tewas dan luka ditemukan dari puing-puing reruntuhan di kamp pengungsi Bureij.
Sebelumnya, dilaporkan jika serangan udara tersebut menewaskan 7 orang.
Disebutkan jika rumah yang dibom tersebut adalah milik keluarga al-Khatib dan diantara korban yang tewas adalah Rafeef Alsaidi yang baru berusia 13 tahun.
Diketahui pada awal bulan Juni, pasukan penjajah Israel melancarkan operasi darat yang mematikan di Bureij dan juga beberapa kamp pengungsi terdekat lainnya.
Di sisi lain, sementara serangan terus berlanjut di bagian selatan Jalur Gaza, penduduk di bagian utara mengatakan kemarin, 16 Juni 2023, mengatakan ini adalah hari yang tenang dan tidak biasa.
Salah satu penduduk Jalur Gaza bagian utara, Haitham al-Ghura, menyampaikan sejak pagi, mereka tiba-tiba merasakan ketenangan tanpa ada tembakan atau bom.
“Ini aneh,” katanya.
Sumber yang tidak disebutkan namanya menyatakan tidak ada laporan serangan atau penembakan sejak fajar.
“Jeda singkat dalam pertempuran memungkinkan jemaah mendapatkan momen tenang yang jarang terjadi pada Hari Raya Idul Adha,” ujarnya.
Dia menambahkan suara doa terdengar di beberapa jalan Kota Gaza yang hancur dan terbelengkalai.
“Namun, bagi banyak orang, penghentian pertempuran tidak akan pernah dapat mengembalikan apa yang telah hilang,” ucapnya.
Umm Muhammad al-Katri, seorang warga Palestina dari kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, mengungkapkan mereka kehilangan banyak orang.
“Banyak kehancuran,” imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala Staf Militer penjajah Israel, Herzi Halevi, mengatakan pendaftaran individu ultra-Ortodoks pada usia militer adalah kebutuhan yang jelas dan mendesak.
“Saya mengetahui hal ini, terutama untuk mereka yang berada di luar rumah selama 8 bulan dan menjalankan tugas di pasukan cadangan bersama dengan pekerjaan dan keluarga,” paparnya.
Pernyataan Halevi muncul menyusul dukungan pemerintah penjajah Israel terhadap rancangan UU yang memperpanjang usia pensiun untuk tentara cadangan meskipun mendapatkan reakis keras dari masyarakat penjajah Israel. (*/Mey)