Berita Sulawesi Tenggara, gemasulawesi – Dampak dari gerhana bulan total pada 8 November 2022, memicu terjadi pasang air laut total di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Geofisika Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Rudin secara umum gerhana bulan total tidak menyebabkan dampak yang terlalu membahayakan.
“Dalam hal dampak, tidak ada yang biasanya hanya terjadi pada saat pasang maksimum. (Dampak, red.) tidak terlalu besar,” ucap Rudin, Selasa, 8 November 2022.
Ia mengatakan bahwa pasang maksimum terjadi ketika posisi bulan, bumi dan matahari berada dalam satu garis lurus atau sejajar.
Baca: Kejari Parigi Moutong Musnahkan Barang Bukti dari 41 Perkara
Dia menjelaskan bahwa pasang maksimum lebih tinggi dari yang seharusnya untuk setiap hari.
Namun, dia mengatakan bahwa kondisi pasang surut maksimum yang akan terjadi akibat gerhana bulan total tidak tinggi.
“Artinya setiap hari ada air surut, jadi pasang maksimum melebihi pasang harian, tetapi untuk sampai ke meter tidak sampai,” katanya.
Baca: Kebakaran PT GG Kediri, Manajemen Enggan Beritahu Penyebab
Ia menambahkan, fenomena terjadinya gerhana bulan total (GBT) di Sulawesi Tenggara tertutup awan sehingga tidak dapat dilihat secara langsung maupun dengan mata telanjang.
Sebelumnya, BMKG pusat mengimbau masyarakat di pesisir untuk mewaspadai banjir saat gerhana bulan total pada 8 November 2022.
“Masyarakat yang tinggal di pantai atau dekat laut harus mewaspadai terjadinya banjir yang lebih tinggi dari biasanya,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Pusat Seismolog Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Muzlisaat saat dihubungi dari Jakarta, Selasa 8 November 2022.
Baca: Ramalan Harian Zodiak Pisces, Butuh Olahraga Ringan
Ia mengatakan gelombang pasang surut hal yang normal saat bulan purnama.
Ia menjelaskan bahwa gerhana bulan adalah peristiwa di mana proyeksi cahaya Matahari ke Bulan terhalang oleh Bumi.
“Peristiwa ini merupakan salah satu hasil dari pergerakan dinamis posisi Matahari, Bumi, dan Bulan. Ini hanya terjadi pada fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya,” ucapnya.
Baca: Polisi Belum Mau Ungkapkan Pasal yang Dikenakan Untuk Pemeran Vidio Kebaya Merah
Ia menambahkan, gerhana bulan total terjadi ketika posisi matahari, bumi, dan bulan sejajar.
Bila bulan berada di umbra (bayangan pusat) bumi, bulan tampak berwarna merah, maka dinamakan Blood Moon.
Dia mengatakan gerhana bulan total dapat dilihat di sebagian wilayah Indonesia dan aman untuk dilihat tanpa kacamata khusus.
“Gerhana bulan total bisa diamati pada saat kondisi cuaca yang cerah dan berawan juga aman bagi masyarakat untuk melihat dengan mata telanjang tanpa harus memakai kacamata khusus gerhana,” ucapnya. (*/Ikh)
Editor: Muhammad Ikhsan
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News