Internasional, gemasulawesi – Setelah dari tanggal 7 Oktober 2023 melakukan perang, Hamas dan Israel setuju dan sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang dimulai dari tanggal 24 November 2023 selama 4 hari yang kini telah ditambah menjadi 2 hari.
Selain itu, Hamas dan Israel juga melakukan pertukaran tahanan dan sandera dari masing-masing pihak.
Terdapat pertanyaan tentang apakah gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan menghasilkan perdamaian abadi.
Salah satu pakar dari Universitas Notre Dame, Joshi, menyatakan fokus semit dari gencatan senjata saat ini antara Israel dan Hamas hanya terbatas pada jeda dalam pertempuran dan pertukaran tahanan.
Ini berarti menurut Joshi adalah bahwa gencatan senjata itu ditakdirkan untuk gagal.
Joshi menuturkan jika bidang kebijakan dibiarkan kabur atau tidak tersentuh dalam perjanjian perdamaian seperti yang terjadi di perundingan Israel dan Palestina sebelumnya seperti Perjanjian Oslo, maka akan selalu ada kebutuhan untuk putaran perundingan tambahan untuk menyempurnakan perjanjian tersebut.
Baca: Semakin Banyak yang Datang, Mengenal Pengungsi Rohingnya dan Alasan Mereka Menuju ke Indonesia
Joshi memaparkan entah itu kekerasan akan berlanjut.
Lebih lanjut, Joshi menuturkan karena kesepakatan antara Hamas dan Israel kemungkinan besar tidak mencakup pembicaraan lebih lanjut serta komponen pemantauan dan verifikasi, maka kemungkinan besar kesepakatan tersebut tidak akan menghentikan kekerasan setelah 6 hari ini.
Dilansir dari Al Jazeera, Joshi menjelaskan perjanjian gencatan senjata pasti akan salah jika salah satu atau kedua belah pihak masih bertekad untuk mengalahkan pihak lain yang menjadi lawan secara militer pada saat perjanjian gencatan senjata dibuat.
Sedangkan gencatan senjata yang berhasil menurut Joshi merupakan hasil dari putaran terakhir dari gencatan senjata yang gagal sebelumnya, atau dapat juga dari gencatan senjata yang dinegosiasikan sebagai bagian dari proses perdamaian yang lebih besar.
Joshi menerangkan dimasukkannya ketentuan verifikasi dan pemantauan juga dapat menghasilkan kesepakatan perdamaian yang berhasil.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023, Palestina telah dihancurkan dengan berbagai serangan bom dan juga darat dengan banyaknya korban jiwa yang tewas.
Sekitar lebih dari 15.000 rakyat Palestina dinyatakan meninggal dengan banyak lainnya yang belum ditemukan karena terkubur di bawah reruntuhan bangunan.
Dari pihak Israel disebutkan sekitar 1.200 orang tewas sejak agresi dimulai. (*/Mey)