Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Amerika Serikat memberlakukan pembatasan visa pada mantan sersan militer penjajah Israel, Sersan Elor Azaria.
Pembatasan visa terhadap Sersan Elor Azaria adalah dikarenakan keterlibatannya dalam pembunuhan di luar hukum di Tepi Barat.
Sersan Elor Azaria menembak mati seorang warga Palestina yang terluka, Abdul Fatah al-Sharif, di Hebron pada tahun 2016.
Al-Sharif telah tergeletak terluka di tanah setelah diduga menikam dan melukai seorang tentara, sebelum Azaria menghampirinya dan membunuhnya tanpa alasan yang jelas.
Insiden tersebut direkam oleh kelompok hak asasi manusia penjajah Israel, B’Tselem, dan dengan cepat menjadi viral.
Azaria divonis bersalah atas pembunuhan oleh pengadilan penjajah Israel, namun, hanya dijatuhi hukuman 18 bulan, yang kemudian dikurangi 4 bulan.
Baca Juga:
Krisis Akut, Warga Palestina di Yerusalem Mendapatkan Air Mengalir Selama 4 hingga 12 Jam per Minggu
Dia akhirnya dibebaskan dari penjara pada bulan Mei tahun 2018, setelah menjalani hukuman hampir 9 bulan.
Sementara itu, seorang pria berusia 19 tahun terluka saat pasukan penjajah Israel menembaki sekelompok warga Palestina di Beit Dajan, timur Nablus di Tepi Barat.
Kantor berita Wafa mengatakan bentrokan terjadi ketika tentara menyerbu kota, menembakkan peluru tajam, gas air mata dan bom suara.
Tentara penjajah juga menyerbu desa-desa Iraq Burin, Madama dan Burka, yang semuanya berada dekat Nablus.
Di sisi lain, Dewan Hubungan Amerika-Islam atau CAIR menyatakan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh Matt Brooks, CEO Koalisi Yahudi Republik, adalah dukungan nyata untuk gagasan genosida pengeboman karpet di Jalur Gaza, yang menunjukkan banyak hal tentang dehumanisasi sistematis.
Dan juga rasis terhadap rakyat Palestina.
Ibrahim Hooper, yang merupakan Direktur Komunikasi Nasional CAIR, mengatakan genosida itu salah, tidak peduli siapa pun korbannya.
“Pejabat terpilih dari Partai Republik harus meninggalkan retorika genosida ini dan penggunaan uang pajak Amerika oleh pemerintah penjajah Israel untuk mengebom gereja, masjid, rumah sakit, selain itu, wanita dan juga anak-anak tidak berdosa di seluruh Jalur Gaza,” ujarnya. (*/Mey)