Internasional, gemasulawesi – Pasukan pendudukan penjajah Israel menghancurkan 2 rumah di daerah Al-Burj dan Al-Aqaba di Lembah Yordan utara yang diduduki.
Menurut sumber setempat, buldozer yang dikawal oleh tentara penjajah Israel merobohkan bangunan perumahan yang terbuat dari blok beton dan panel institusi, bersama dengan tangki air dan panel surya milik Khalil Zawahra dari daerah Al-Burj.
Tentara penjajah Israel juga dilaporkan menghancurkan sebuah rumah yang sedang dibangun yang merupakan milik Hamed Jaber dari Desa Al-Aqaba, sebelah timur Tubas.
Baca Juga:
Kepala Militer Penjajah Israel Sebut sedang Mempersiapkan Kemungkinan Serangan Darat di Lebanon
Menurut PBB OCHA, antara tanggal 7 Oktober 2023 hingga 23 September 2024, otoritas pendudukan penjajah Israel menghancurkan, memusnahkan, menyita, atau memaksa pembongkaran 1.725 bangunan Palestina di Tepi Barat yang menyebabkan lebih dari 4.450 warga Palestina mengungsi, termasuk sekitar 1.875 anak-anak.
Jumlah ini lebih dari 2 kali lipat jumlah orang yang mengungsi pada periode yang sama sebelum 7 Oktober 2023, dimana sekitar 1.375 warga Palestina mengungsi, termasuk 642 anak-anak.
Penghancuran setelah 7 Oktober 2023 mencakup lebih dari 770 bangunan berpenghuni, lebih dari 365 bangunan pertanian, lebih dari 120 bangunan air, sanitasi dan kebersihan, dan 250 bangunan mata pencaharian.
Baca Juga:
Hamas Meminta Sekjen PBB Segera Mengambil Langkah-langkah untuk Menghentikan Genosida di Jalur Gaza
Di sisi lain, Lembaga Pengawas Media, Reporters Without Borders atau RSF mengadakan protes di 10 negara di seluruh dunua untuk memberi penghormatan kepada jurnalis yang terbunuh di Jalur Gaza.
“Tentara penjajah Israel sejak bulan Oktober lalu telah membunuh lebih dari 130 wartawan di Jalur Gaza,” ujar mereka dalam sebuah pernyataan.
Protes itu diadakan di Jerman, Brazil. Spanyol, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Senegal, Swiss, Taiwan dan Tunisia.
Baca Juga:
Penjajah Israel Mengembalikan 88 Jenazah Warga Palestina yang Dikirim dalam Kontainer ke Jalur Gaza
RSF menyatakan dengan kampanye kesadaran global ini, RSF memiliki tujuan untuk mengingatkan masyarakat internasional tentang betapa seriusnya kritis ini: tingkat pembunuhan jurnalis yang mengkhawatirkan ini membahayakan hak atas informasi yang bebas dan independen.
Direktur Jenderal RSF, Thibaut Bruttin, menyebutkan pembantaian jurnalis di Jalur Gaza harus dihentikan.
“Pembunuhan jurnalis di Jalur Gaza oleh militer penjajah Israel, yang menewaskan lebih dari 130 orang dalam waku kurang dari setahun mengancam akan memberlakukan pemblokiran media secara menyeluruh di wilayah kantong yang dikurung tersebut,” ucapnya. (*/Mey)