Internasional, gemasulawesi – Perusahaan Keamanan Inggris Ambrey mengatakan angkatan laut pendudukan penjajah Israel menyerang sedikitnya 6 kapal angkatan laut Suriah di Pelabuhan Latakia.
Media mengutip Ambrey yang menyampaikan gambar yang diambil dari serangan tersebut menunjukkan 1 kapal angkatan laut miring ke belakang sementara 5 lainnya telah tenggelam.
“Tidak ada kerusakan yang terlihat pada infrastruktur pelabuhan,” ujar mereka.
Setelah penggulingan diktator Suriah Bashar Al-Assad di hari Minggu, pasukan pendudukan penjajah Israel bergerak ke zona demiliterisasi di Suriah yang dibentuk setelah perang Arab-penjajah Israel tahun 1973 dan lalu menduduki Gunung Hermon yang strategis, yang merupakan titik tertinggi di negara tersebut (Suriah).
Direktur Observatorium Suriah untuk HAM atau SOHR, Rami Abdel, menuturkan serangan penjajah Israel menghancurkan situs militer dan aset terpenting tentara Suriah.
Di sisi lain, militer penjajah Israel mengatakan kepada wartawan mereka telah menyelesaikan bagian utama dari kampanye militer agresifnya terhadap Suriah sejak jatuhnya rezim Bashar Al-Assad yang menargetkan kemampuan militer Suriah.
Militer mengklaim telah menghancurkan antara 70 hingga 80 persen dari kemampuan ini.
Operasi di Suriah disebut dengan Operasi Bashan Arrow oleh rezim pendudukan penjajah Israel. Kata Bashan dalam bahasa Ibrani memiliki arti tanah datar atau beraspal.
Baca Juga:
Puluhan Pasien yang Terluka di RS Indonesia di Gaza Utara Dilaporkan Terancam Kelaparan
Wilayah tersebut dinamai berdasarkan Gunung Bashan, yang kini dikenal sebagai Jabal Al-Arab atau Jabal Al-Druze di Suriah bagian selatan.
Di sanalah kendaraan penjajah Israel menyusup dan menduduki zona penyangga yang didemiliterisasi berdasarkan perjanjian pemisahan diri dengan Suriah tahun 1974.
Menurut tentara penjajah Israel, selama beberapa hari terakhir mereka telah menyerang lebih dari 320 target di Suriah dengan 350 jet tempur yang melakukan 359 serangan mendadak terhadap kemampuan militer strategis.
Mereka mengklaim serangan ini bertujuan untuk mencegah pihak-pihak yang bermusuhan mendapatkan akses ke senjata strategis. (*/Mey)