Internasional, gemasulawesi – Media penjajah Israel menyampaikan bahwa tentara pendudukan penjajah Israel telah memperluas perintah penembakan terbuka di Tepi Barat yang diduduki yang mengakibatkan peningkatan korban sipil Palestina.
Hal tersebut disampaikan oleh media penjajah Israel pada tanggal 10 Februari 2025 waktu setempat.
Media tersebut menuturkan, mengutip pernyataan para komandan unit di tentara pendudukan, bahwa apa yang disebut ‘Komando Pusat’ telah memutuskan untuk menerapkan mekanisme tembakan terbuka yang digunakannya di Jalur Gaza untuk membunuh siapa pun warga Palestina yang tidak bersenjata, baik yang dicurigai atau tidak, di Tepi Barat.
“Perintah tembakan terbuka yang luas memudahkan prajurit penjajah Israel untuk menarik pelatuk atas perintah komandan Komando Pusat, Avi Balut,” ujar mereka.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Menyita Sejumlah Buku Palestina dari Perpustakaan Ilmiah di Yerusalem
Sejak tanggal 21 Januari 2025, pendudukan penjajah Israel terus melancarkan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya di provinsi Tepi Barat utara, dimulai dengan Jenin dan kampnya, sebelum memperluasnya ke kota Tulkarem dan kamp-kampnya, Tulkarem dan Nur Shams, serta kota Tamoun dan kamp Far’a di Provinsi Tubas.
Media tersebut mengutip pernyataan para prajurit yang terlibat dalam agresi yang sedang berlangsung di Tepi Barat bahwa Balut mengizinkan penembakan untuk membunuh warga Palestina tanpa menahan mereka.
Media itu mengutip pernyataan para pemimpin unit tentara pendudukan yang mengatakan bahwa komandan divisi Tepi Barat, Yaki Dolph, memerintahkan untuk menembak kendaraan apa pun yang datang dari zona pertempuran menuju pos pemeriksaan yang dilaksanakan pada hari Minggu ketika tentara melepaskan tembakan ke sebuah mobil yang sedang dalam perjalanan menuju pos pemeriksaan militer yang menyebabkan mereka terbunuh meski mereka tidak bersenjata.
Media itu menerangkan pasukan militer penjajah Israel menggunakan warga sipil Palestina untuk menggeledah gedung-gedung yang diyakini berisi bahan peledak, mirip dengan apa yang terjadi di Jalur Gaza ketika tentara menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. (*/Mey)