Internasional, gemasulawesi – Pasukan penjajah Israel menembak dan membunuh seorang pemuda Palestina di selatan Nablus pada hari Kamis pagi, tanggal 13 Februari 2025 waktu setempat.
Jasad pemuda Palestina tersebut diketahui ditahan oleh tentara penjajah Israel.
“Pemuda tersebut, yang bernama Issa Riyad Issa Jabali, tewas, seorang penduduk kota Beita, selatan Nablus, yang terluka oleh peluru pasukan penjajah Israel, di dekat kamp pendudukan di Huwara,” tutur sumber keamanan kepada media.
Dengan terbunuhnya Jabali, jumlah orang yang terbunuh di Tepi Barat sejak awqal tahun ini telah meningkat menjadi 73 orang.
Baca Juga:
Otoritas Penjajah Israel Melarang 4 Jurnalis Palestina Memasuki Masjid Al Aqsa
Itu termasuk 38 orang di Jenin, 15 orang di Tubas, 8 di Tulkarm, 7 di Nablus, 3 di Hebron, 2 di Betlehem, dan 1 di Yerusalem, termasuk dengan 10 anak-anak, 3 wanita, dan 2 orang tua.
Di sisi lain, Menteri Keuangan penjajah Israel, Bezalel Smotrich, yang merupakan tokoh terkemuka dalam serangan penjajah Israel di Tepi Barat yang diduduki, mengisyaratkan gencatan senjata di Jalur Gaza masih berlaku tetapi mungkin tidak akan bertahan lama.
Dia menyatakan negara penjajah Israel akan kembali berperang dengan sekuat tenaga dan menduduki Jalur Gaza, mengambil tanggung jawab di sana, dan memulai operasi emigrasi besar-besaran.
Dia menyebutkan ini adalah peristiwa logistik gila yang dikoordinasikan dengan Amerika Serikat.
Baca Juga:
Lebih dari 2.300 Anak Dirawat Karena Kekurangan Gizi Akut di Jalur Gaza sejak Bulan Januari
“Kami akan menduduki Jalur Gaza, menghancurkan Hamas, dan tidak akan ada ancaman dari Jalur Gaza terhadap warga penjajah Israel,” ucapnya.
Dia mengatakan pendapatnya adalah penjajah Israel harus mendukung pernyataan Trump bahwa semua tawanan yang ditahan di Jalur Gaza harus dibebaskan paling lambat hari Sabtu tetapi Benjamin Netanyahu membuat pilihan yang berbeda untuk melanjutkan gencatan senjata untuk saat ini.
Dia menyampaikan Benjamin Netanyahu dengan sengaja menyebarkan rasa ambiguitas.
“Kebijakan kami saat ini adalah untuk menghabiskan peluang mengembalikan sebanyak mungkin sandera terutama mereka yang masih hidup sebelum kembali berperang untuk mewujudkan tujuannya menghancurkan Hamas,” katanya. (*/Mey)