Internasional, gemasulawesi – Penjajah Israel membakar 3 rumah milik warga Palestina dan 2 kendaraan di Desa Duma, selatan Nablus.
Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa sekelompok penjajah Israel menyelinap ke daerah Khirbet al-Marajim di desa tersebut, di mana mereka membakar 3 rumah dan 2 kendaraan pada hari Jumat, tanggal 14 Maret 2025 waktu setempat.
Pasukan penjajah Israel menyerbu desa dan menembakkan peluru tajam, gas air mata, dan bom suara ke arah penduduk yang berusaha mencapai rumah-rumah yang terbakar untuk memadamkan api.
Desa itu telah beberapa tahun menjadi sasaran serangan oleh para penjajah Israel yang dekat dengan pasukan penjajah Israel.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Tembaki Rumah-Rumah Warga Palestina di Kota Gaza
Di sisi lain, keluarga tawanan penjajah Israel yang ditahan di Jalur Gaza mengirimkan surat kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meminta bantuannya dalam mengamankan pembebasan kerabat karena negosiasi terhenti pada fase berikutnya dari gencatan senjata.
Mereka menulis selama lebih dari satu setengah tahun, pemerintah penjajah Israel telah mempermainkan kehidupan orang-orang yang kami cintai.
“Jaminan diberikan dan dilanggar. Harapan diberikan dan diinjak-injak,” tulis mereka.
Mereka menuduh pemerintah menyembunyikan kebenaran dari publik dan meninggalkan kehidupan putra-putri mereka karena bersikeras pada posisi yang tidak ada hubungannya dengan ancaman keamanan.
Baca Juga:
Mayoritas Mantan Tahanan, Pasukan Penjajah Israel Menahan 12 Warga Palestina dari Kota Hebron
Surat itu menyatakan ketika tidak ada seorang pun yang dapat diandalkan, mereka beralih kepada Donald Trump.
“Anda adalah satu-satunya orang yang sekarang dapat terlibat dan mengakhiri mimpi buruk ini,” ungkap mereka.
Di sisi lain, anggota parlemen Inggris, 7 legislator termasuk Jeremy Corbyn, mantan pemimpin Partai Buruh dan Carla Denyer, salah satu pemimpin Partai Hijau, menuntut penyelidikan publik yang independen mengenai keterlibatan Inggris dalam serangan militer penjajah Israel di Jalur Gaza.
Dalam tajuk rencana di surat kabar Inggris, para anggota mencatat bagaimana penyelidikan terhadap perilaku negara selama perang Irak menemukan kegagalan serius dalam pemerintahan Inggris yang mengabaikan peringatan jutaan orang biasa atas keputusan bencana untuk berperang. (*/Mey)