Internasional, gemasulawesi – Rumah sakit utama di Jalur Gaza selatan, Rumah Sakit Nasser, mengeluarkan peringatan putus asa karena persediaan bahan bakarnya menipis.
Dalam sebuah pernyataan, Rumah Sakit Nasser menyatakan telah memasuki ‘jam-jam krusial dan terakhir’.
“Dengan penghitung bahan bakar yang mendekati nol, para dokter telah memasuki pertempuran untuk menyelamatkan nyawa dalam perlombaan melawan kematian, waktu, dan kegelapan,” ujarnya.
Mereka bekerja di ruang operasi tanpa AC, panas menyengat, wajah mereka berkeringat, tubuh mereka lelah karena lapar dan letih tetapi mata mereka masih menyala dengan harapan dan tekad.
Baca Juga:
Seorang Warga Palestina Terluka dalam Serangan Penjajah Israel di Aqraba Sebelah Selatan Nablus
PBB menyampaikan krisis bahan bakar di Jalur Gaza yang telah disebabkan oleh blokade penjajah Israel telah mencapai ‘titik kritis’ dan membahayakan lebih banyak nyawa.
Tim medis berjuang sampai akhir. Mereka hanya mempunyai hati nurani dan harapan pada mereka yang mendengar panggilan, selamatkan Kompleks Medis Nasser sebelum berubah menjadi kuburan sunyi untuk pasien yang sebenarnya bisa diselamatkan.
Di sisi lain, dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan pihaknya terus melakukan upaya yang intensif untuk memastikan ‘keberhasilan’ dalam putaran terakhir perundingan gencatan senjata untuk mengakhiri ‘agresi terhadap rakyat kami’.
Mereka menuturkan sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberhasilan upaya yang sedang berlangsung, gerakan ini telah menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan dan menyetujui pembebasan 10 tahunan.
Menurut mereka, isu-isu inti masih dalam negosiasi, terutama penarikan pendudukan penjajah Israel dari Jalur Gaza, aliran bantuan, dan penyediaan jaminan nyata untuk gencatan senjata yang permanen.
Hamas menyebutkan meskipun negosiasi mengalami kesulitan karena ‘kekerasn’ penjajah Israel, Hamas terus bekerja ‘dengan tekun dan dengan semangat positif bersama para mediator’.
Di sisi lain, WHO menyatakan telah terjadi lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Jalur Gaza sejak konflik dimulai pada tahun 2023 lalu.
Sektor kesehatan yang terkepung ‘bertekuk lutut’ dengan kekurangan bahan bakar dan pasokan medis yang parah serta terus bertambahnya korban jiwa. (*/Mey)