Internasional, gemasulawesi – Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, dab Jihad Islam Palestina, Brigade Al Quds, mengakui serangkaian serangan yang dilakukan terhadap militer penjajah Israel.
Brigade Al Qassam dan Brigade Al Quds mengungkapkan mereka menggunakan roket Rajoum jarak pendek 114 mm untuk menargetkan pusat komando penjajah Israel di Koridor Netzarim, yang didirikan oleh penjajah Israel selama perang untuk memisahkan Jalur Gaza bagian utara dari selatan.
Dalam keterangan kemarin, tanggal 28 Juli 2024, waktu setempat, Brigade Al Qassam dan Brigade Al Quds juga menargetkan sekelompok tentara yang berlokasi di selatan Kota Gaza.
Selain itu, juga menembak Kibbutz Nahal Oz dan pangkalan militer yang berdekatan di dekat Jalur Gaza bagian utara.
Kedua brigade itu juga mengebom Sderot, yang merupakan kota penjajah Israel terdekat dengan pagar pembatas Jalur Gaza, serta kota-kota lain yang dekat dengan daerah kantong pantai yang terkepung tersebut.
Juga menahan sekelompok tentara penjajah Israel yang menyerang bagian timur Khan Younis, yang berada di sebelah selatan Jalur Gaza.
Kedua brigade juga menembaki sekelompok tentara yang menyerbu Bani Suheila, di sebelah timur Khan Younis.
Selain itu, menjadi sasaran tembakan senapan mesin terhadap helikopter militer yang terbang rendah di daerah az-Zanna, di sebelah timur Khan Younis.
Para pejuang juga menembakkan senjata anti personel ke sekelompok tentara yang ditempatkan di dalam sebuah rumah di Tal al-Hawa, di sebelah selatan Kota Gaza.
Lebih lanjut, menargetkan pengangkut personel militer dengan roket Yasin-105 juga di lingkungan Tal al-Hawa.
Selain itu, kelompok tentara yang ditembaki di Juhor ad-Dik di Jalur Gaza bagian tengah.
Di sisi lain, Benjamin Netanyahu dikabarkan menolak izin anak-anak Jalur Gaza ke Uni Emirat Arab untuk berobat.
Penjajah Israel sebelumnya telah memberikan persetujuan untuk mengizinkan 150 anak sakit kritis dari Jalur Gaza untuk menerima perawatan di Uni Emirat Arab.
Namun, setelah insiden di Majdal Shams, Netanyahu menangguhkan keputusan ini.
“Anak-anak itu seharusnya berangkat besok melalui penyeberangan Karem Abu Salem penjajah Israel,” ujar Tania Hary, yang merupakan direktur eksekutif di Gisha-Legal Center of Freedom of Movement, kemarin, 28 Juli 2024, waktu setempat. (*/Mey)