Kupas Tuntas, Gemasulawesi – Di tengah arus film horor yang menggemparkan, ada satu karya yang berhasil memikat perhatian penonton dengan cara yang unik, yaitu film “Midsommar”.
Film ini mengeksplorasi tema horor dan misteri dalam suasana festival musim panas di Swedia, menghadirkan cerita yang penuh dengan ketegangan dan rahasia gelap.
“Midsommar”, yang dirilis pada 11 September 2019, adalah karya pertama dari sutradara Ari Aster yang berhasil menarik perhatian penonton dengan jalan cerita yang menghantui.
Nama film ini sendiri mengandung makna “turun temurun”, mengisyaratkan adanya kutukan mengerikan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam film ini, penonton diajak mengikuti perjalanan mencekam sekelompok anak muda Amerika yang memutuskan untuk mengunjungi festival musim panas di Swedia.
Namun, apa yang seharusnya menjadi perjalanan seru berubah menjadi mimpi buruk yang penuh dengan ritual pemujaan paganism yang menyeramkan.
Ini adalah perpaduan yang menegangkan antara suasana festival meriah dan ketakutan yang mengintai di baliknya.
“Midsommar” merupakan film bergenre horor-misteri yang mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia film.
Ceritanya berkisah tentang Annie Graham (Toni Collette), seorang seniman miniatur yang penuh dengan rahasia gelap dalam hidupnya.
Tinggal bersama suami dan dua anaknya, dia menjadi saksi peristiwa-peristiwa mengerikan yang menghantui keluarganya, terutama setelah kematian ibunya, Ellen.
Karya ini mampu menggabungkan elemen horor dengan budaya paganism yang diwujudkan dalam ritual-ritual menyeramkan.
Ari Aster, yang juga merupakan penulis skenario film ini, mampu mengarahkan cerita dengan intensitas yang memukau.
Dalam “Midsommar”, penonton akan dihadapkan pada ketegangan batin para karakter dalam menghadapi rahasia-rahasia kelam yang mengikat mereka.
Tak hanya itu, film ini juga memukau dengan visualnya yang kuat dan tajam.
Lokasi syuting di Budapest, Hungaria, memberikan latar yang sesuai untuk menghadirkan suasana Swedia yang indah namun mencekam.
Para pemeran seperti Florence Pugh, Jack Reynor, Vilhelm Blomgren, dan William Jackson Harper berhasil membawa karakter-karakter tersebut dengan kuat dan memikat.
Terlepas dari genre horor, “Midsommar” juga berhasil menyelipkan komedi hitam yang mengejutkan di beberapa adegannya.
Penggabungan ini memberikan dimensi baru dalam pengalaman menonton film horor, di mana tawa dan ketegangan bisa hadir dalam satu momen.
Penting untuk diingat bahwa “Midsommar” bukanlah film horor biasa.
Dengan perpaduan elemen-elemen horor, misteri, budaya pagan, dan komedi hitam, film ini menghadirkan pengalaman menonton yang tak terlupakan.
Meskipun mengundang tawa dalam beberapa momen, jangan sampai Anda terjebak dalam ketenangan palsu, karena di baliknya ada ketegangan yang siap membelenggu perasaan penonton. (*/Haris Wahyu Pratama)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News