Nasional, gemasulawesi - Pegiat media sosial Islah Bahrawi baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap kabar yang menyebut bahwa aktivitas organisasi masyarakat (ormas) menjadi salah satu penyebab batalnya investasi ratusan triliun rupiah masuk ke Indonesia.
Islah menyoroti bahwa meskipun pemerintah telah berupaya memudahkan birokrasi bagi investor, adanya gangguan dari ormas justru menghambat investasi yang seharusnya bisa berjalan lancar.
Sebelumnya, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar, menyatakan bahwa kerugian akibat aktivitas ormas terhadap investasi industri di Indonesia telah mencapai angka yang sangat besar.
Menurutnya, bukan hanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh investor akibat gangguan tersebut, tetapi juga adanya calon investor yang mengurungkan niatnya untuk menanamkan modal di Indonesia.
Sanny menambahkan bahwa masalah ini sebenarnya sudah lama terjadi, tetapi sering kali tidak mendapat perhatian serius di tingkat nasional.
Ia menilai pemerintah telah melakukan promosi besar-besaran untuk menarik minat investor asing, namun begitu mereka tiba di daerah tertentu, banyak yang akhirnya menghadapi tekanan dari oknum yang mengatasnamakan ormas.
"Begitu investor masuk ke daerah, udah. Dikerjain habis-habisan. Jadi ngadepin yang mereka (ormas) itu," jelas Sanny Iskandar pada Kamis, 6 Februari 2025.
Menanggapi pernyataan tersebut, Islah Bahrawi mengungkapkan kekecewaannya melalui akun X resminya @islah_bahrawi pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Dalam unggahannya, ia menegaskan bahwa upaya pemerintah dalam menyederhanakan regulasi investasi menjadi tidak berarti jika di lapangan masih terjadi praktik pemalakan oleh kelompok-kelompok tertentu yang mengatasnamakan ormas.
"Jadi percuma pemerintah memudahkan birokrasi bagi investor, tapi di bawah dipalak ratusan preman berkedok Ormas," tulis Islah dalam cuitannya, sambil mengunggah ulang berita mengenai batalnya investasi ratusan triliun rupiah akibat aktivitas ormas.
Tidak hanya itu, Islah juga membagikan pengalaman pribadinya dalam berinteraksi dengan investor asing yang pernah menghadapi gangguan dari ormas.
Dalam unggahan yang sama, ia menceritakan bahwa lima tahun lalu, dirinya sempat bertemu dengan investor manufaktur dari Korea dan Jepang yang mengalami tekanan dari ormas.
Oknum tersebut meminta jatah uang kepada investor dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.
Akibat perlakuan yang tidak profesional ini, para investor akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana mereka di Indonesia.
Bahkan, menurut Islah, salah satu investor tersebut lebih memilih untuk mengalihkan investasinya ke Vietnam, yang dianggap memiliki lingkungan bisnis yang lebih kondusif. (*/Risco)