PDIP Minta Kadernya Tak Ikut Retret di Magelang, Dedi Mulyadi: Sudah Jadi Kepala Daerah Maka Harus Patuh Pemerintah

Potret Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat bertemu dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto
Potret Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat bertemu dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto Source: (Foto/Instagram/@dedimulyadi71)

Nasional, gemasulawesi - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut menanggapi instruksi Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, yang meminta kepala daerah dari PDIP untuk tidak mengikuti acara pembekalan atau retret di Akademi Militer (Akmil), Magelang.

Instruksi tersebut muncul menjelang pelaksanaan retret yang dijadwalkan berlangsung pada 21 hingga 28 Februari 2025, yang awalnya juga diperuntukkan bagi kepala daerah dari PDIP.

Instruksi mendadak itu tertuang dalam surat resmi PDIP bernomor 7294/IN/DPP/II/2025 yang ditandatangani oleh Megawati Soekarnoputri pada Kamis, 20 Februari 2025.

Dalam surat itu, Megawati secara tegas meminta semua kepala daerah yang diusung PDIP dan tengah dalam perjalanan ke Magelang agar segera berhenti dan kembali ke rumah.

Baca Juga:
Jalani Rakor Pertama Sebagai Mendiktisaintek, Brian Yuliarto Pastikan Tidak Ada Kenaikan Biaya UKT Bagi Mahasiswa

Menanggapi keputusan tersebut, Dedi Mulyadi menekankan bahwa kepala daerah seharusnya lebih mengutamakan ketaatan terhadap sistem pemerintahan dibandingkan dengan arahan dari pihak lain.

Ia menegaskan bahwa setelah seorang kepala daerah dilantik, prioritas utamanya adalah kepatuhan terhadap sistem pemerintahan yang berlaku serta mengutamakan kepentingan masyarakat dan arahan dari pemerintah pusat.

"Kita ini kan sudah menjadi kepala daerah, maka ketaatan utama kita adalah taat pada sistem yang ada dalam pemerintahan," jelas Dedi Mulyadi di Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat, 21 Februari 2025.

Pernyataan Dedi Mulyadi mencerminkan pandangan bahwa kepala daerah, setelah resmi menjabat, tidak lagi terikat sepenuhnya oleh kebijakan internal partai, melainkan harus mengikuti aturan pemerintahan yang lebih luas.

Baca Juga:
Fahri Hamzah Puji Prasetyo Hadi yang Temui Mahasiswa Demo: Bangga Punya Mensesneg yang Berani Bicara ke Demonstran

Dalam konteks ini, pembekalan di Akmil Magelang dianggap sebagai bagian dari sistem pembinaan kepala daerah yang tidak seharusnya dipolitisasi atau diintervensi oleh keputusan partai tertentu.

Meski demikian, Dedi Mulyadi juga menyampaikan bahwa dirinya tetap menghormati keputusan Megawati sebagai hak yang dimiliki oleh Ketua Umum PDIP dalam mengatur kader-kadernya.

"Tapi kalau itu bu Mega (Megawati Soekarnoputri) melarang itu hak bu Mega. Yang jelas kalau orang sudah jadi kepala daerah maka dia harus tunduk dan patuh apa yang menjadi keputusan pemerintah," sambung Dedi Mulyadi.

Instruksi Megawati untuk menarik kepala daerah PDIP dari retret di Akmil Magelang memunculkan perdebatan mengenai batasan antara kepatuhan kepala daerah terhadap partai dan tanggung jawab mereka terhadap sistem pemerintahan.

Baca Juga:
Sebelum Resmi Ditahan KPK, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto: Saya Jadi Korban dari Proses Politik Hukum

Keputusan ini juga dinilai oleh banyak pihak sebagai bagian dari respons PDIP terhadap dinamika politik nasional, terutama dalam kaitannya dengan pemerintahan yang akan datang.

Dalam beberapa waktu terakhir, hubungan antara PDIP dan pemerintah memang mengalami pasang surut, terutama setelah Pilpres 2024.

Posisi politik yang diambil PDIP setelah pilpres menunjukkan indikasi perbedaan arah dengan pemerintah baru. (*/Risco)

...

Artikel Terkait

wave

Jalani Rakor Pertama Sebagai Mendiktisaintek, Brian Yuliarto Pastikan Tidak Ada Kenaikan Biaya UKT Bagi Mahasiswa

Mendiktisaintek RI, Brian Yuliarto menegaskan bahwa tidak ada kenaikan biaya Uang Kuliah Tunggal atau UKT bagi mahasiswa

Fahri Hamzah Puji Prasetyo Hadi yang Temui Mahasiswa Demo: Bangga Punya Mensesneg yang Berani Bicara ke Demonstran

Fahri Hamzah memuji tindakan Mensesneg RI, Prasetyo Hadi yang menemui dan berinteraksi dengan demonstran mahasiswa di Jakarta

Sebelum Resmi Ditahan KPK, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto: Saya Jadi Korban dari Proses Politik Hukum

Begini penyataan dari Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto sebelum resmi menjadi tahanan KPK pada Kamis 20 Februri 2025

Komentari Mendiktisaintek Satryo yang Kena Reshuffle, Stella Christie: Keputusan Presiden yang Terbaik

Wamendiktisaintek RI, Stella Christie memberikan tanggapannya terkait keputusan Presiden RI Prabowo mengganti Mendiktisaintek

Viral Video Pesawat Tempur Dicuci Secara Manual, TNI AU Sebut Pihaknya Lakukan Pencucian Sesuai Prosedur

Begini penjelasan dari pihak TNI Angkatan Udara (AU) terkait video viral yang memperlihatkan pesawat tempur dicuci secara manual

Berita Terkini

wave

Pemulangan Jenazah Staf KBRI Lima Zetro Leonardo Purba dan Peninjauan Perlindungan Diplomat RI

Jenazah Zetro Leonardo Purba akan dipulangkan ke Indonesia, sementara Kemlu evaluasi perlindungan diplomat di luar negeri.

Perum Bulog Percepat Penyaluran Beras SPHP untuk Stabilkan Harga dan Ketersediaan Pangan

Bulog menyalurkan beras SPHP secara masif, menjaga harga tetap stabil, dan memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat.

Pemkab Bantul Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Setelah Temuan Ulat dan Jangkrik

Pemkab Bantul melakukan evaluasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan MBG bagi siswa.

Lapas Kediri Cabut Hak Narapidana Pelaku Asusila, Korban Dipaksa Telan Benda Asing

Lapas Kediri menindak tegas napi pelaku asusila dengan mencabut haknya, korban dipaksa menelan benda asing, kasus dilaporkan.

Kopdeskel Merah Putih Jadi Kompensasi Pemotongan TKD, Pemerintah Siapkan Skema Rp16 Triliun

Pemerintah luncurkan Kopdeskel Merah Putih sebagai kompensasi pemotongan TKD, didukung dana SAL Rp16 triliun melalui bank Himbara.


See All
; ;