gemasulawesi.com – Berita Terkini Indonesia Hari Ini
Berita Terupdate dan Terkini Indonesia, Sulawesi Tengah, Palu, Poso, Parigi Moutong
Jepang Merancang Kapal Induk Untuk Melakukan Perjalanan Jauh Ke Antartika
Internasional, gemasulawesi – Sebuah perusahaan Jepang sedang membangun kapal penangkap ikan paus baru yang dirancang untuk melakukan perjalanan sejauh Antartika, memicu kekhawatiran operasi komersial dapat dilanjutkan di Samudra Selatan.
Menteri lingkungan Australia, Tanya Plibsersek, menegaskan kembali komitmen pemerintah Albanon terhadap moratorium global perburuan paus komersial, sementara Greenpeace mengutuk praktik itu sebagai “brutal dan tidak perlu”.
Kyodo Senpaku Kaisha mengumumkan sedang membangun “kapal induk” baru yang dapat berlayar selama 60 hari dan menempuh jarak 13.000 km.
Baca : Situasi Ekstrem: Es Laut Antartika Mencapai Rekor Terendah
Istilah “metode kapal induk” mengacu pada proses di mana kapal yang lebih kecil dan lebih gesit digunakan untuk berburu paus, sebelum bangkai dikembalikan ke kapal induk untuk pembekuan dan penyimpanan.
Presiden perusahaan, Hideki Tokoro, mengatakan kepada wartawan bahwa kapal itu dimaksudkan untuk meneruskan “budaya perburuan paus”.
“Kami ingin berkontribusi pada ketahanan pangan Jepang,” katanya.
Baca : Kepri Siapkan Lahan 1,7 Hektar Pembangunan Pelabuhan Terpadu Samudra
“Kami merancang kapal untuk dapat melakukan perjalanan sejauh Samudra Antartika, dengan harapan akan berguna di saat krisis pangan.
“Kecuali kapal induk baru dibangun, kita tidak dapat mewariskan budaya perburuan paus kita kepada generasi berikutnya.”
Plibersek mengatakan pemerintah mengetahui laporan tentang kapal penangkap ikan paus baru itu, tetapi bahwa pemerintah Jepang telah memberikan jaminan bahwa pihaknya “belum memberikan dukungan keuangan untuk kapal itu”.
Baca : Seekor Paus di Hawai Mati Akibat Menelan Alat tangkap dan Plastik
“Saya sangat menentang perburuan paus,” kata Plibersek.
“Pemerintah Australia berkomitmen untuk menegakkan moratorium global perburuan paus komersial dan mencegah kembalinya perburuan paus di Samudra Selatan.”
Seorang juru kampanye senior di Greenpeace Australia Pacific, Richard George, mengatakan paus dan habitatnya sudah terancam.
Baca : Buronan Pembunuh PSK Tondo Kota Palu Tertangkap
“Paus di perairan sekitar Australia dan Antartika berada di bawah ancaman dari sejumlah front mulai dari pengeboran gas dan minyak lepas pantai yang merusak, hingga penambangan laut dalam dan perubahan iklim yang mengancam lingkungan laut mereka yang rapuh,” katanya.
“Kami tidak mampu memiliki paus pemburu kapal super perburuan paus di perairan selatan perburuan paus komersial brutal dan tidak perlu dan tidak ada tempat untuk itu.”
Kapal hanya akan dapat beroperasi di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang, dan ada sedikit harapan yang akan berubah.
Konvensi PBB tentang hukum laut memberi negara-negara kebijaksanaan yang signifikan atas pengelolaan dan eksploitasi sumber daya hidup di zona ekonomi eksklusif mereka.
Perburuan paus komersial dilarang di bawah moratorium Komisi Perburuan Paus Internasional pada tahun 1986 tetapi dengan klausul yang memungkinkan Jepang untuk terus berburu paus secara legal di Samudra Selatan untuk apa yang diklaimnya sebagai “penelitian ilmiah”.
Mahkamah internasional memerintahkan Jepang untuk mengakhiri perburuan tahunannya pada tahun 2014, yang dilakukannya setelah menarik diri dai IWC pada tahun 2019.
Pada saat penarikannya, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa mereka akan membatasi perburuan paus komersialnya didalam perairannya sendiri. (*/Siti)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News