Solok, gemasulawesi - Petani di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, kini tengah menjadi sorotan setelah video mereka membuang tomat hasil panen ke dalam jurang menjadi viral di media sosial.
Insiden ini mencerminkan tantangan serius yang dihadapi oleh para petani di Kabupaten Solok akibat penurunan drastis harga tomat dan kendala akses transportasi yang signifikan di beberapa daerah.
Video yang menampilkan petani di Kabupaten Solok yang putus asa membuang hasil panen mereka telah memicu reaksi luas dari masyarakat dan pemerintah.
Bupati Solok, Epyardi Asda, telah mengambil langkah cepat untuk menanggapi kasus kontroversial di Kabupaten Solok, Sumatera Barat tersebut.
Menurutnya, kejadian ini dipicu oleh kondisi di lapangan, seperti melimpahnya hasil panen tomat namun harga yang anjlok serta kendala akses transportasi yang parah di beberapa daerah seperti Sitinjau Lauik.
Epyardi telah menemui langsung Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi di Jakarta.
Pertemuan ini bertujuan untuk menandatangani Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Solok dan BSKJI, dengan fokus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah di daerah tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Epyardi secara langsung menyampaikan kondisi sulit yang dialami oleh para petani di Kabupaten Solok.
Dia mengungkapkan bahwa harga tomat yang anjlok telah memaksa sejumlah petani untuk membuang hasil panen mereka, karena tidak mampu menjualnya dengan harga yang mencukupi biaya produksi.
Selain itu, masalah akses transportasi yang buruk juga menjadi faktor utama yang menghambat mereka dalam mengirimkan hasil panen ke pasar.
Epyardi sangat optimis bahwa kerja sama dengan BSKJI melalui berbagai program hilirisasi produk, pengembangan kemasan, dan kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memberikan solusi konkret bagi petani di Solok.
Ia menekankan pentingnya meningkatkan nilai tambah produk lokal serta mengoptimalkan teknologi industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Andi Rizaldi dari BSKJI juga mengakui potensi besar di Sumatera Barat, termasuk untuk sektor pengolahan tomat.
Lebih lanjut ia menyatakan komitmennya untuk mendukung petani Solok melalui pelatihan, penelitian, dan bantuan teknis lainnya guna meningkatkan kualitas dan daya saing produk lokal.
Kasus ini mencerminkan tantangan serius yang dihadapi oleh petani dalam menghadapi fluktuasi harga dan kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Langkah-langkah yang diambil oleh Epyardi dan kerja sama dengan BSKJI diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang bagi masalah ini, serta membuka peluang baru bagi pengembangan industri lokal yang berkelanjutan dan berdaya saing di masa depan. (*/Shofia)