Boalemo, gemasulawesi – Kelompok Taninantu, yang dibentuk oleh AJI atau Aliansi Jurnalis Independen Gorontalo, membagikan bibit padi ladang kepada warga Desa Saritani, Kabupaten Boalemo.
Bibit padi ladang ini adalah hasil dari penanaman di lahan demplot yang disediakan oleh AJI Gorontalo.
Kegiatan ini adalah bagian dari program pelestarian pangan lokal dengan dukungan GEF SGP atau Global Environment Facility Small Grants Programme.
Baca Juga:
Dinsos Provinsi Gorontalo Bertindak Cepat dalam Menanggapi Bencana Banjir yang Melanda Bone Bolango
Ketua Kelompok Taninantu, Sriyanti Usman, menyampaikan pembagian bibit ini adalah tahap penting dalam menghidupkan kembali padi ladang yang hampir punah di wilayah itu.
Dia menyatakan lahan demplot yang pihaknya gunakan menjadi pusat eksperimen dan pelestarian padi ladang ini.
“Kegiatan ini merupakan upaya untuk menjaga keberlangsungan pangan lokal yang semakin tergerus oleh waktu,” ujarnya.
Baca Juga:
Pilkada 2024, Masa Pendaftaran Pasangan Bakal Calon Bupati dan Wabup Diperpanjang oleh KPU Maros
Salah satu anggota muda kelompok, Ririn, berbagai pengalamannya.
Dia mengatakan pihaknya baru kali ini melihat langsung bagaimana padi ladang itu tumbuh di lahan demplot.
Sebelumnya, dia mengaku hanya mendengar cerita dari orang tua mengenai eksistensi padi ladang ini.
Sebab itu, dia menekankan pentingnya peran generasi muda dalam pelestarian ini.
Dia mengatakan pihaknya berharap bibit yang pihaknya bagikan dapat tumbuh subur di ladang para petani dan terus memberikan manfaat untuk masyarakat Desa Saritani.
Franco Bravo Dengo, yang merupakan Sekretaris AJI Gorontalo yang juga Community Organizer di Saritani, menerangkan bersama GEF SGP ini tidak hanya fokus pada aspek lingkungan.
“Namun juga memiliki tujuan untuk menjaga dan menghidupkan kembali tradisi agraris yang telah lama menjadi bagian dari identitas masyarakat setempat,” ucapnya.
Dia menyampaikan dari survei awal yang dilakukan oleh AJI Gorontalo, permasalahan yang dialami mayoritas petani di Saritani adalah mengenai ketahanan pangan.
Hal ini dikarenakan oleh pengelolaan pertanian yang tidak berkelanjutan. (*/Mey)