Internasional, gemasulawesi – Sekelompok 27 menteri penjajah Israel dan anggota Knesset menyerukan Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengusir warga sipil di Jalur Gaza utara ke selatan.
Menurut mereka itu untuk mengusir anggota Hamas yang tersisa.
Dalam surat kepada Perdana Menteri penjajah Israel dan kabinet keamanan nasional, para menteri menyerukan rencana untuk memindahkan semua warga sipil di wilayah itu ke selatan untuk ‘membersihkan’ wilayah Hamas.
Rencana yang dimaksud disebut dengan ‘Rencana Jenderal’ dan mempunyai 4 tahap.
Tahapa pertama, yakni memindahkan warga sipil di Jalur Gaza utara ke Koridor Netzarim, memulai pengepungan.
Tahap kedua adalah mengumumkan wilayah itu sebagai ‘zona militer tertutup’.
Sedangkan tahap ketiga adalah mencegah bantuan memasuki wilayah itu hingga ‘dibersihkan’ dan anggota yang tersisa dikalahkan dengan menerapkan tekanan militer yang ‘intens’.
Tahap keempat dan terakhir adalah melakukan metode yang sama di wilayah lain di Jalur Gaza.
Surat tersebut tidak menyebutkan apakah warga sipil akan diizinkan kembali ke wilayah utara dan siapa yang akan memerintah wilayah itu.
“Rencana itu diperlukan untuk mencegah Hamas melanjutkan kendalinya dan mengambil alih distribusi bantuan,” kata mereka.
Kelompok tersebut juga menambahkan rencana tersebut ‘dapat dilaksanakan’ menurut hukum internasional.
Perang penjajah Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan krisis pengungsian dengan sekitar 1,9 juta orang telah mengungsi di Jalur Gaza, sering kali berkali-kali.
Hal tersebut menurut Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perintah evakuasi kontak sejak bulan Oktober telah mengakibatkan banyak warga Gaza mengungsi lagi.
Dari awal Juni hingga Agustus, penjajah Israel telah memerintahkan beberapa evakuasi di berbagai bagian Jalur Gaza, termasuk Shujaiya, kamp pengungsi al-Moghazi dan Deir el-Balah.
Banyak penduduk yang menolak untuk mengungsi, dengan alasan tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Meskipun diperintahkan untuk pindah ke ‘zona aman’ yang telah ditentukan, penjajah Israel tetap memerintahkan evakuasi baru atau menyerang wilayah itu. (*/Mey)