Internasional, gemasulawesi – Polisi penjajah Israel menembak mati seorang tersangka penyerang setelah dia menikam seorang petugas perbatasan di gerbang Kota Tua Yerusalem pada hari Minggu malam, tanggal 15 September 2024.
Penyerang menikam petugas polisi perbatasan di dekat Gerbang Damaskus di tembok bersejarah Kota Tua.
Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan petugas yang ditikam mengalami luka ringan dan dievaluasi untuk memperoleh perawatan medis.
“Petugas polisi perbatasan terlibat dengan penyerang, melumpuhkannya dengan tembakan dan segera mengakhiri serangan,” ujar mereka.
Seorang juru bicara polisi lalu menyampaikan kepada media tersangka penyerang telah ditembak mati.
Dia tidak memberikan rincian tentang identitas terdakwa.
Ketegangan antara warga Palestina dan penjajah Israel sering terjadi di Yerusalem dan semakin meningkat sejak dimulainya perang Gaza.
Dalam pernyataan terpisah, layanan darurat Magen David Adom penjajah Israel menyatakan petugas yang terluka berusia 20 tahun tersebut mengalami cedera di tubuh bagian atas.
“Polisi dan pasukan perbatasan berada di tempat kejadian dan menyelidiki insiden itu,” tambah mereka.
Baca Juga:
Pemimpin Oposisi Penjajah Israel Sebut Koalisi Pemerintahan Netanyahu Sebagai Pemerintahan Nol
Yerusalem, dan khususnya Kota Tua, adalah kota suci untuk 3 agama dan tetap menjadi isu utama dalam konflik penjajah Israel-Palestina.
Penjajah Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tidak dapat dibagi, tetapi PBB dan masyarakat internasional menganggap aneksasi penjajah Israel atas Yerusalem Timur adalah ilegal.
Warga Palestina bercita-cita menjadikan Yerusalem timur yang diduduki penjajah Israel, yang meliputi Kota Tua yang bertembok dan tempat-tempat sucinya, sebagai ibu kota negara merdeka di masa depan.
Di sisi lain, Islandia menghentikan deportasi anak Palestina yang sakit parah setelah protes publik.
Seorang anak laki-laki Palestina berusia 11 tahun dengan distrofi otot Duchenne dikembalikan ke Rumah Sakit Landspitali di Reykjavik setelah menghabiskan 8 jam di Bandara Keflavik, tempat dia dan keluarganya menunggu deportasi ke Spanyol.
Anak Palestina tersebut, yang bernama Yazan Tamimi, memerlukan pengawasan medis terus-menerus, sedang tertidur saat polisi tiba. (*/Mey)