Internasional, gemasulawesi – Seorang pria Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara penjajah Israel yang menargetkan sekelompok warga sipil di sebelah timur Beit Hanoun di Jalur Gaza utara.
Menurut media, sebuah pesawat nirawak penjajah Israel pada tanggal 2 Maret 2025 waktu setempat menyerang sekelompok warga sipil yang sedang memeriksa rumah-rumah mereka yang hancur di daerah itu.
Serangan tersebut menyebabkan 1 orang tewas dan beberapa lainnya terluka.
Meski perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari 2025, penjajah Israel terus melanggar perjanjian itu dengan menargetkan warga sipil di wilayah itu hampir setiap hari.
Baca Juga:
Penjajah Israel Melarang Istri dari Tahanan Palestina yang Paling Lama Menjalani Hukuman Menemuinya
Video yang tersebar memperlihatkan sekelompok orang berlari ke arah korban di area yang dipenuhi dengan puing-puing. 1 orang, yang tampak berlumuran darah dan meninggal, terlihat dibawa pergi dengan selimut.
Seorang pria lain yang juga berlumuran darah dan lemas dibaringkan di dalam selimut.
Serangan tersebut terjadi ketika penjajah Israel menyampaikan pihaknya sekarang memblokir semua bantuan ke Jalur Gaza setelah fase pertama gencatan senjata berakhir dan menolak memasuki tahap kedua.
Pemerintah penjajah Israel telah memutuskan untuk menangguhkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan menutup jalur penyeberangan ke wilayah itu sehingga pemberitahuan lebih lanjut.
Baca Juga:
Penjajah Israel Menyerang Sejumlah Rumah Palestina di Masafer Yatta Selatan Hebron
Keputusan itu diambil dalam rapat kabinet penjajah Israel yang diadakan pada hari Sabtu malam yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu.
Pernyataan itu berbunyi: ‘Dengan berakhirnya fase pertama kesepakatan penyanderaan dan mengingat penolakan Hamas untuk menerima garis besar Witkoff guna melanjutkan perundingan, yang disetujui penjajah Israel, Netanyahu telah memutuskan bahwa mulai pagi ini semua masuknya barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan”.
“Penjajah Israel tidak akan mengizinkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera. Jika Hamas terus menolak, akan ada konsekuensi lebih lanjut,” bunyi pernyataan itu.
Langkah ini dilakukan setelah penolakan penjajah Israel untuk mematuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata bertepatan dengan berakhirnya fase pertama gencatan senjata yang berakhir Sabtu malam. (*/Mey)