Nasional, gemasulawesi - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI) baru-baru ini memberikan penjelasan mengenai keputusan mereka untuk membeli drone atau pesawat nirawak buatan Turki.
Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kesesuaian teknologi dengan kebutuhan pertahanan Indonesia serta aspek ekonomi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain.
Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang, Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemenhan, menegaskan bahwa drone buatan Turki memiliki spesifikasi yang cocok untuk digunakan di Indonesia.
Selain itu, harganya dinilai lebih kompetitif dibandingkan dengan drone yang diproduksi oleh negara-negara lain.
Baca Juga:
Sudah Ditahan 3 Bulan, Tom Lembong Keluhkan Lamanya Proses Penyidikan: Buat Saya Agak Lama Prosesnya
Pengadaan ini disebut sebagai bagian dari strategi pertahanan Indonesia dalam meningkatkan kapabilitas alutsista dengan anggaran yang lebih efisien.
"Dari sisi ekonomis, harganya (drone produksi Turki) juga relatif lebih murah dibandingkan dari produksi negara-negara lain," jelas Brigjen TNI Frega Ferdinand di Jakarta pada Jumat, 14 Februari 2025.
Keputusan Kemenhan RI untuk memilih drone yang diproduksi oleh Turki ini juga dipengaruhi oleh hubungan diplomatik yang erat antara Indonesia dan Turki.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Indonesia.
Acara penyambutan berlangsung di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 12 Februari 2025.
Pertemuan tersebut menjadi momentum penting dalam memperkuat kerja sama bilateral, terutama dalam bidang industri pertahanan.
Dalam pertemuan ini, kedua kepala negara membahas berbagai isu strategis dan berkomitmen untuk mempererat kemitraan antara Indonesia dan Turki.
Setelah upacara kenegaraan dan pertemuan bilateral, Presiden Prabowo dan Presiden Erdogan turut menyaksikan penandatanganan serta pertukaran nota kesepahaman (MoU) antara kedua negara.
Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor, termasuk industri pertahanan, energi, kesehatan, pertanian, komunikasi, dan pendidikan.
"Kami membahas kerja sama yang sejalan dengan prioritas nasional masing-masing," kata Presiden Prabowo Subianto.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kedua negara, tidak hanya dalam penguatan sektor pertahanan tetapi juga dalam pembangunan kerja sama di bidang lain yang menjadi prioritas nasional. (*/Risco)