Nasional, gemasulawesi - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan bahwa pemerintah tetap menjadikan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai acuan utama dalam pengambilan keputusan.
Menurutnya, lembaga statistik nasional tersebut memiliki peran penting dalam menyediakan informasi yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus memegang kepercayaan penuh terhadap data yang dirilis oleh BPS dalam menyusun berbagai kebijakan.
"Selama ini kita memang mengacu pada data dari BPS. Mereka biasanya memberikan penjelasan lengkap soal data, metode yang digunakan, serta sumber-sumber informasinya. Jadi, kita tetap menaruh kepercayaan pada BPS," ujar Sri Mulyani saat diwawancarai di Istana Kepresidenan RI.
Baca Juga:
Patroli Gabungan Gagalkan Aksi Bom Ikan di Talatako, Dua Pelaku Ditangkap
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa isu terkait data dari BPS tidak sampai menarik perhatian khusus dari Presiden Prabowo Subianto.
Menanggapi pertanyaan wartawan, Sri Mulyani menyatakan bahwa semua indikator yang digunakan pemerintah bersumber dari BPS, termasuk data terkait rumah tangga.
Ia pun meyakini BPS tetap menjunjung tinggi integritas dalam setiap data yang disajikan.
Di kesempatan lain namun masih di lokasi yang sama, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti turut memberikan penjelasan soal akurasi data yang dirilis pihaknya.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Tetapkan Tunjangan Khusus untuk Dokter di Daerah Terpencil Melalui Perpres 81/2025
Ia menegaskan bahwa seluruh data yang dipublikasikan oleh BPS disusun berdasarkan kaidah dan pedoman internasional.
Amalia juga menambahkan bahwa data tersebut bersifat terbuka untuk diuji validitasnya oleh siapa pun.
"Semua sudah mengacu pada standar internasional. Data pendukungnya juga sudah lengkap dan kuat. Jadi, nggak ada masalah," ujar Amalia saat menjawab pertanyaan wartawan.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data terbaru mengenai pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada kuartal kedua tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Sementara itu, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di periode tersebut mencapai Rp5.947 triliun.
"Di kuartal kedua 2025, pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, kenaikannya sebesar 4,04 persen," ungkap Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud.
BPS mencatat bahwa pada kuartal kedua tahun 2025, seluruh sektor lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan positif secara tahunan.
Sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah industri pengolahan, sektor pertanian, perdagangan, serta pertambangan, dengan total kontribusi mencapai 63,59 persen terhadap keseluruhan PDB.
Dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen mencatat pertumbuhan positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kecuali belanja pemerintah yang justru mengalami penurunan.
Konsumsi rumah tangga naik sebesar 4,97 persen, sementara investasi atau pembentukan modal tetap bruto tumbuh 6,99 persen.
Masih dalam laporan yang sama, BPS menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dalam struktur PDB, yakni sebesar 54,25 persen.
Baca Juga:
PDIP Dukung Pemerintahan Prabowo, Tanpa Masuk Kabinet dan Tetap Siap Beri Kritik Konstruktif
Kontribusi sektor ini juga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, dengan andil sebesar 2,64 persen dari total pertumbuhan 5,12 persen. (*/Zahra)