Internasional, gemasulawesi – Sejak gencatan senjata antara Israel dengan Hamas yang dimulai tanggal 24 November 2023 yang kini telah diperpanjang selama 2 hari, pertukaran sandera dan tahanan juga dilakukan.
Beberapa diantaranya memberikan kesaksian tentang mengerikannya penjara Israel tempat mereka menghabiskan waktu berhari-hari hingga bertahun-tahun untuk beberapa orang.
Salah satu tahanan Israel yang kini telah kembali ke keluarganya di Palestina, Fareed Najm, mengungkapkan kengerian yang dilalui mereka yang terpaksa mendekam di balik jeruji besi.
Najm menyebutkan jika pihak berwenang Israel tidak memberikan air minum yang cukup dan bersih untuk para tawanan.
“Juga tidak ada makanan yang cukup,” katanya.
Fareed Najm menegaskan jika mereka sangat merasakan penderitaan saat di penjara.
Baca: Gencatan Senjata Diperpanjang, Warga Palestina Akui Menginginkan Permanen
Saat akhirnya dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Fareed Najm juga harus mengalami perlakuan yang tidak layak dari Israel saat perjalanan pulang ke Nablus.
Fareed menyebutkan mereka telah dipermalukan dalam perjalanan pulang tersebut.
“Israel selalu memperlakukan kami dengan cara yang sangat buruk,” akunya.
Baca: Kabar Baik, Gencatan Senjata Antara Hamas dengan Penjajah Israel Diperpanjang 2 Hari Lamanya
Fareed Najm menyampaikan dia senang akhirnya dapat menghirup udara segar setelah sekian lama dipenjara oleh Israel.
Dia juga mengucapkan terima kasihnya kepada masyarakat Gaza dan Palestina yang terus melawan Israel.
Tahanan Palestina yang lain, Raghad Al-Fanni mengakui jika kondisi penjara Damoun yang menjadi tempatnya ditahan tidak sama seperti sebelum agresi tanggal 7 Oktober 2023.
Baca: Tuai Protes, Akankah Gencatan Senjata Hamas dan Penjajah Israel Hasilkan Perdamaian Abadi?
“Mereka menyemprot kami dengan gas dan juga memukuli banyak tahanan perempuan,” ungkapnya.
Raghad Al-Fanni membeberkan jika Israel juga mengurung banyak tahanan di sel isolasi.
Selain itu, menurutnya petugas penjara Israel juga melarang tahanan perempuan membeli makanan di kantin.
“Mereka juga merampas barang-barang kami,” sebutnya.
Raghad menjelaskan jika ruangan yang dahulunya diisi oleh 6 orang tahanan perempuan kini harus menampung 11 tahanan perempuan.
Sedangkan tempatnya menampung 80 tahanan perempuan dari yang semula 60 tahanan.
Baca: Semakin Banyak yang Datang, Mengenal Pengungsi Rohingya dan Alasan Mereka Menuju ke Indonesia
Tahanan anak-anak Palestina juga ikut dibebaskan oleh mereka.
Salah satunya, Khalil Mohammed Badr Al-Zamaira, yang kini berusia 18 tahun dan ditahan sejak berumur 16 tahun, mengatakan jika tahanan Palestina dianiaya dan dipukuli di penjara.
Khalil menegaskan tidak ada perlakuan yang berbeda meskipun mereka masih anak-anak ataupun remaja. (*/Mey)