Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, militer penjajah Israel mengancam akan mengadili puluhan tentara atas penolakan mereka untuk kembali ke Jalur Gaza, di tengah meningkatnya kasus penolakan itu dalam beberapa bulan terakhir.
KAN, yang merupakan Lembaga Penyiaran Publik penjajah Israel, mengatakan minggu ini, setidaknya 20 tentara penjajah Israel menolak kembali ke Jalur Gaza, tempat pasukan pendudukan telah melakukan kejahatan perang dan juga pelanggaran HAM saat berupaya melenyapkan Hamas dan pemerintahannya.
Setidaknya 10 dari prajurit yang tidak setuju itu dilaporkan telah menerima peringatan resmi dari tentara, dengan ancaman menghadapi pengadilan atas penolakan mereka untuk kembali.
Menurut laporan pada hari Kamis, tanggal 29 Agustus 2024, waktu setempat, keluarga sejumlah tentara, yang dikutip oleh stasiun penyiaran itu, telah menyatakan bahwa kerabat mereka ‘dipaksa melakukan manuver darat di Jalur Gaza atau menghadapi hukuman penjara’, yang menyebabkan beberapa dari mereka menawarkan untuk kembali bertugas di wilayah selain Jalur Gaza.
Kerabat para prajurit mengatakan hanya ada beberapa prajurit yang tersisa di kompi mereka yang mampu bertempur.
“Inilah saatnya untuk kita sebagai orang tua untuk membantu mereka menghadapi sistem yang tidak peduli pada mereka,” ujar mereka.
Ancaman persidangan dan tindakan hukum yang akan datang terhadap tentara penjajah Israel muncul di tengah meningkatnya kasus tentara pembangkang yang menolak untuk meneruskan pertempuran di wilayah Palestina yang terkepung.
Baik karena kejahatan peran yang terus dilakukan oleh pasukan pendudukan maupun karena berkembangnya persepsi bahwa Hamas tidak dapat dikalahkan secara militer semudah yang awalnya diyakini oleh pemerintah penjajah Israel.
Di sisi lain, harian penjajah Israel melaporkan pada hari Kamis, tanggal 29 Agustus 2024, bahwa tentara penjajah Israel berada di ambang ‘tenggelam dalam lumpur Gaza’.
Harian tersebut mengatakan pada bulan Agustus yang kelam ini, sekitar 15 tentara penjajah Israel meninggal dalam pertempuran di Jalur Gaza dan wilayah utara (dengan Lebanon).
“Dan ini merupakan harga yang harus dibayar untuk sebuah perang yang menguras tenaga,” demikian laporan harian itu. (*/Mey)