Nasional, gemasulawesi – Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menyatakan pembangunan BTS (Base Transceiver Station) tidak dapat dihentikan untuk memeratakan dan bahkan untuk meningkatkan akses telekomunikasi di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika menyatakan BTS tetap dibutuhkan meski pada bulan Desember 2023, telah ada sekitar 4.990 BTS yang telah diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Menurut Budi Arie Setiadi, hal ini dikarenakan teknologi BTS tetap diperlukan untuk pemerataan konektivitas di Indonesia.
“Apalagi mengenai telekomunikasi, depresiasinya dapat sekitar 5-6 tahun dikarenakan elektronik,” katanya.
Dia menambahkan jika handphone saja dapat diganti 2 hingga 3 tahun sekali.
“Apalagi dengan peralatan infrastruktur telekomunikasi,” tuturnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Menkominfo kemarin, 10 Juni 2024, di Jakarta.
Dikutip dari Antara, dia mengatakan sekarang ini, di Indonesia pilihan solusi akses konektivitas telah semakin beragam.
Menurutnya, ada sekitar 3 teknologi yang telah diimplementasikan, diantaranya adalah teknologi internet yang berbasis satelit, teknologi kabel optik dan teknologi BTS.
“Dari semuanya itu, teknologi-teknologi tersebut bersifat saling melengkapi dikarenakan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing,” terangnya.
Dia menerangkan, untuk satelit akan lebih cocok digunakan untuk di wilayah rural dengan kondisi geografis yang sulit.
“Sementara itu, untuk teknologi fiber optik dipakai di wilayah padat pemukiman yang mempunyai akses perkabelan yang lebih mudah,” jelasnya.
Budi Arie Setiadi menyebutkan ada juga layanan BTS yang memungkinkan konektivitas internet dapat diakses lebih mudah di perangkat ponsel dikarenakan adalah jaringan bergerak.
“Ini sebenarnya konvergen, saling melengkapi,” ujarnya.
Dia memaparkan apalagi Indonesia mempunyai banyak kondisi geografis sehingga semakin banyak teknologi yang diimplementasikan untuk pemerataan konektivitas, maka tentunya visi Indonesia Digital 2045 dapat lebih cepat terealisasi.
“Dikarenakan Indonsia ini adalah negara yang sangat unik dan juga geografis, maka teknologi tidak dapat hanya 1, namun, kita harus konvergen,” ucapnya.
Di sisi lain, Budi juga menilai aplikasi-aplikasi Over-The-Top atau OTT, seperti WhatsApp, Facebook dan layanan yang sejenisnya perlu diatur untuk mempunyai pusat data Indonesia.
“Itu merupakan bentuk menjaga kedaulatan data masyarakat Indonesia,” tekannya. (*/Mey)