Nasional, gemasulawesi - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti kerugian ekonomi yang dialami Indonesia akibat aliran uang yang keluar dari negara tersebut karena konser Taylor Swift dan Coldplay yang diadakan di Singapura.
Dalam pidatonya pada acara peluncuran digitalisasi layanan perizinan penyelenggaraan acara di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Presiden Jokowi menekankan bahwa banyak warga Indonesia yang berbondong-bondong ke Singapura untuk menonton konser tersebut.
Hal ini, menurut Presiden Jokowi, akhirnya menyebabkan terjadinya capital outflow atau aliran modal keluar dari Indonesia.
Menurut Jokowi, penonton konser Taylor Swift di Singapura kemarin bahkan separuhnya berasal dari Indonesia.
Hal ini didukung oleh data Spotify yang menunjukkan bahwa 2,2 juta penduduk Indonesia sering mendengarkan lagu-lagu Taylor Swift.
"Lalu apa yang dampaknya apabila kita berbondong-bondong nonton yang di Singapura? Jadi itu ada yang namanya capital outflow, aliran uang dari Indonesia menuju ke sana, dan membuat kita kehilangan," ujar Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan bahwa kerugian ini tidak hanya berasal dari pendapatan tiket yang hilang.
Indonesia juga kehilangan potensi pendapatan dari sektor-sektor lain seperti penginapan, kuliner, dan transportasi yang seharusnya bisa dinikmati jika konser-konser besar tersebut diadakan di Indonesia.
Fenomena ini juga terjadi pada konser Coldplay, di mana Singapura mampu menyelenggarakan konser band asal Inggris itu selama enam hari, sementara Indonesia hanya kebagian satu hari.
"Padahal yang saya dengar kemarin, kualitas suara sound system waktu Coldplay itu di GBK dibandingkan dengan yang di sana (Singapura), bagus yang di sini," tambah Jokowi.
Jokowi menyadari bahwa salah satu alasan utama mengapa Singapura mampu mendatangkan artis internasional adalah karena mereka memiliki sistem perizinan yang baik dan dukungan pemerintah yang kuat terhadap penyelenggaraan acara.
Sementara di Indonesia, Jokowi menilai bahwa sistem perizinan acara masih rumit dan berbelit-belit, sehingga menghambat upaya untuk mendatangkan lebih banyak artis internasional dan mengadakan acara besar.
Pernyataan Presiden Jokowi ini menuai sorotan dari berbagai pihak.
Banyak yang setuju dengan pandangannya dan menekankan pentingnya perbaikan sistem perizinan acara di Indonesia untuk mendorong lebih banyak acara besar dan mengurangi capital outflow yang merugikan ekonomi negara.
Mereka berpendapat bahwa dengan memperbaiki sistem perizinan dan memberikan dukungan yang lebih kuat dari pemerintah, Indonesia dapat menarik lebih banyak pengunjung internasional dan mendukung sektor-sektor terkait seperti pariwisata dan hiburan.
“Masa baru tau kalo di RI ngurusin apa saja birokrasinya panjaaaang lho pak,” komentar akun @mhr***.
Baca Juga:
Putus Dihantam Banjir Bandang, Jembatan Darurat Didirikan di Desa Sibalago Kabupaten Parigi Moutong
Di sisi lain, ada juga yang mengkritik bahwa masalah perizinan bukan satu-satunya kendala.
Infrastruktur, keamanan, dan promosi internasional juga dianggap penting untuk menarik artis dan acara besar ke Indonesia. (*/Shofia)