Nasional, gemasulawesi – Prabowo Subianto, yang merupakan Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih RI, mengungkapkan ketertarikannya bekerja sama dengan Rusia di bidang energi nuklir saat dia bertemu dengan Vladimir Putin, yang merupakan Presiden Rusia, di Istana Kepresidenan Kremlin, Moskwa, Rusia.
Dalam pertemuan yang berlangsung secara terbuka selama 30 menit pada hari Rabu, tanggal 31 Juli 2024, Prabowo Subianto menyampaikan ke Vladimir Putih ketahanan energi adalah salah satu prioritas kerjanya nanti, terutama setelah dia dilantik dan resmi menjabat sebagai Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober 2024.
Sebagaimana disiarkan oleh sejumlah stasiun TV asing yang meliput di Kremlin, Prabowo Subianto mengatakan di sektor energi nuklir, dia membahas ini dnegan beberapa institusi terkait.
Baca Juga:
Untuk Postnatal, BKKBN Sebut 55,8 Persen Balita Telah Ditimbang Lebih dari 8 Kali
“Kemungkinan kita bekerja sama pada bidang reaktor modular dan juga reaktor utama,” ujarnya.
Reaktor nuklir adalah salah satu komponen penting dalam pembangkit listrik tenaga nuklir.
Rusia saat ini adalah salah satu negara di dunia yang kebutuhan listriknya dipasok dari nuklir.
Berkaitan dengan itu, Putin tidak langsung memberikan tanggapannya, sebab keduanya bakal melanjutkan pertemuan secara tertutup dalam format santap pagi bersama atau working-breakfast format yang kemungkinan dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis, tanggal 1 Agustus 2024.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo dan Putin bakal mendiskusikan berbagai isu dan juga menjajaki peluang kerja sama 2 negara secara lebih detail.
Indonesia sejauh ini memiliki 3 reaktor nuklir, yang rata-rata dibangun pada tahun 1970-an.
3 reaktor tersebut, yakni Reaktor Nuklir Kartini di Yogyakarta, Instalasi Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy di Serpong dan Reaktor Triga 2000 di Bandung.
3 reaktor itu saat ini diperuntukkan untuk pendidikan dan juga penelitian.
Prabowo Subianto juga menyampaikan minatnya untuk mengirimkan lebih banyak mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan di universitas-universitas Rusia, terutama untuk jurusan teknik dan kedokteran.
Dia menuturkan Indonesia saat ini masih kekuarangan 160.000 dokter dan bertekad untuk menutup kekurangan tersebut saat resmi menjabat sebagai Presiden. (*/Mey)