Tak Hanya di Depan Gedung DPR RI Jakarta, Ribuan Massa Juga Gelar Aksi Demo Besar-besaran Tolak Revisi UU Pilkada di 15 Kota Besar Ini

Gelombang protes di berbagai kota besar Indonesia terjadi untuk menolak langkah DPR RI dan pemerintah terkait revisi UU Pilkada.
Gelombang protes di berbagai kota besar Indonesia terjadi untuk menolak langkah DPR RI dan pemerintah terkait revisi UU Pilkada. Source: Foto/Tangkap layar Instagram @folkshitt

Nasional, gemasulawesi - Sejumlah aksi unjuk rasa berlangsung serentak hari ini di berbagai kota di Indonesia.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap langkah DPR RI dan pemerintah yang membatalkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) melalui revisi Undang-Undang (UU) Pilkada. 

Keputusan ini menimbulkan gelombang kekecewaan yang meluas, memicu ribuan orang turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan mereka.

Di Jakarta, pusat kekuasaan negara, ribuan massa berkumpul di sekitar Gedung DPR RI dan Istana Merdeka, menyampaikan tuntutan agar pemerintah dan DPR menghormati putusan MK. 

Baca Juga:
Dikepung Ribuan Massa, Ketua DPR Puan Maharani Malah Absen dalam Rapat Pengesahan RUU Pilkada Hari Ini, Ada Apa?

Aksi ini diorganisir oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Partai Buruh dan sejumlah organisasi mahasiswa. 

Partai Buruh, melalui presidennya, Said Iqbal, menyerukan ribuan anggotanya untuk turut serta dalam aksi yang digelar pada Kamis, 22 Agustus 2024 ini berlangsung sejak pukul 10.00 WIB. 

Mereka menolak revisi UU Pilkada yang dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan MK yang sudah bersifat final dan mengikat.

Tidak hanya di Jakarta, aksi serupa juga berlangsung di berbagai kota besar lainnya. 

Baca Juga:
Amankan Aksi Beberapa Elemen Masyarakat di Depan Gedung DPR, Sebanyak 2013 Personel Gabungan Dikerahkan Kepolisian

Berdasarkan laporan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), demonstrasi serentak digelar di 15 kota, termasuk Padang, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. 

Di Yogyakarta, massa berkumpul di Jalan Gejayan, lokasi yang sebelumnya dikenal sebagai tempat berlangsungnya unjuk rasa besar-besaran. 

Di Surakarta, kampung halaman Presiden Joko Widodo, aksi berlangsung di Balai Kota dengan tema utama menolak revisi UU Pilkada yang dianggap menguntungkan pihak tertentu.

Selain mahasiswa, berbagai kelompok masyarakat lainnya juga turut ambil bagian dalam aksi ini. 

Baca Juga:
Untuk Kelompok Perempuan di Kabupaten Donggala, Literasi Pendidikan Penyiaran Diberikan oleh KPID Sulawesi Tengah

Mereka mengenakan pakaian serba hitam, simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan demokrasi.

Di Bandung, massa berkumpul di depan Gedung DPRD Jawa Barat, sementara di Palembang, aksi dilakukan di sekitar Monumen Perjuangan Rakyat.

Aksi massa ini dipicu oleh keputusan DPR yang dianggap mengakali putusan MK terkait syarat usia minimal calon kepala daerah dan ambang batas pencalonan. 

DPR memilih untuk mengikuti putusan Mahkamah Agung (MA) yang kontroversial, yang menetapkan bahwa usia minimal calon kepala daerah dihitung dari tanggal pelantikan, bukan dari penetapan calon oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Baca Juga:
Bahas Penanganan HAM Masa Lalu, Pemerintah Kota Palu Menerima Kunjungan Kerja DPR Aceh

Keputusan ini diambil dalam rapat yang berlangsung singkat, hanya beberapa menit, tanpa perdebatan berarti di antara fraksi-fraksi di DPR.

Lebih lanjut, DPR juga melakukan revisi terkait ambang batas (threshold) pencalonan kepala daerah. 

Putusan MK yang melonggarkan threshold bagi semua partai politik peserta pemilu diubah oleh DPR menjadi pelonggaran yang hanya berlaku bagi partai politik di luar DPRD. 

Sementara itu, partai politik yang memiliki kursi di parlemen tetap harus memenuhi ambang batas 20 persen kursi DPRD atau 25 persen suara sah. 

Baca Juga:
Telah Membantu Meringankan Beban Biaya Perkuliahan Mahasiswa, Wakil Rektor III Sebut UIN Datokarama Palu Sangat Berterima Kasih kepada BAZNAS

Keputusan ini dianggap menguntungkan partai-partai besar dan merugikan partai-partai kecil serta independen.

Gelombang aksi ini tidak hanya sekadar menolak revisi UU Pilkada, tetapi juga menjadi bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang dinilai mengancam demokrasi dan keadilan di Indonesia. 

Massa yang turun ke jalan membawa pesan kuat bahwa mereka tidak akan tinggal diam ketika hak-hak konstitusional mereka dilanggar.

Dalam aksi di berbagai kota, tampak spanduk dan poster yang mengkritik langkah DPR dan pemerintah, menuntut agar mereka tidak bermain-main dengan putusan MK yang seharusnya dihormati dan dijalankan. 

Baca Juga:
Lewat Program Jamsostek, Pemkab Parigi Moutong dan BPJAMSOSTEK Berkomitmen Memberikan Perlindungan dan Jaminan Sosial untuk Pekerja Jasa Konstruksi

Suasana aksi di berbagai daerah ini semakin memanas seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga integritas proses demokrasi di Indonesia. (*/Shofia)

...

Artikel Terkait

wave
Protes Pungutan Liar Sejumlah SD SMP Negeri di Samarinda Malah Diintimidasi, Orangtua Murid Kembali Demo, Tuntut Pemerintah Segera Bertindak

Dugaan pungutan liar di SD dan SMP Negeri Samarinda viral, memicu aksi demo orangtua murid yang menuntut tindakan tegas dari pemerintah.

Golkar Usulkan Bupati Asahan Sebagai Cawagub Dampingi Bobby Nasution, Demokrat Sebut Adalah Hal yang Biasa dalam Kontestasi Pesta Demokrasi

Demokrat menyampaikan usulan Golkar terkait cawagub pendamping Bobby Nasution adalah hal yang biasa dalam kontestasi pesta demokrasi.

Imbas Demo Ratusan Siswa Terkait Dugaan Pungli, Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Menonaktifkan Kepala Sekolah SMA Negeri 11 Makassar

Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (Sulsel) menonaktifkan kepala sekolah sma negeri 11 makassar usai dugaan adanya kasus pungli muncul

Tanggapi Viralnya Demo Siswa Terkait Dugaan Pungli Pembuatan Ijazah, Kepala Sekolah SMAN 11 Makassar Tegas Membantah, Beberkan Fakta Ini

Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 11 Makassar, Nuraliyah dengan tegas membantah adanya dugaan pungutan liar terkait pengambilan ijazah.

Tak Terima Diminta Bayar Rp50 Ribu untuk Ijazah, Alumni dan Siswa SMAN 11 Makassar Gelar Demo Soal Dugaan Pungli, Tuntut Kepsek Mundur

Sejumlah alumni dan siswa SMAN 11 Makassar menggelar aksi unjuk rasa terkait dugaan adanya pungutan liar (pungli) saat pengambilan ijazah.

Berita Terkini

wave

Tragedi Cakung: Suami Bakar Istri hingga Tewas, Diduga Konsumsi Narkoba saat Ditangkap

Seorang pria di Cakung membakar istrinya hingga tewas karena masalah sepele, diduga dalam pengaruh narkoba.

Menhut Perketat Pengawasan Izin Kawasan Hutan Demi Seimbangkan Ekonomi dan Kelestarian Alam

Menhut Raja Antoni tegaskan pengawasan ketat izin hutan agar pembangunan tetap selaras dengan pelestarian lingkungan.

Kemenkeu Buka Blokir Anggaran Rp168,5 Triliun untuk Dukung Program Prioritas dan Operasional K/L

Kementerian Keuangan buka blokir anggaran untuk program prioritas, operasional K/L, dan percepatan penyerapan belanja negara.

Kebijakan Penempatan Dana Rp200 Triliun Mulai Berdampak, Purbaya: Likuiditas Meningkat, Ekonomi Bergerak

Menkeu Purbaya yakin penempatan dana di lima bank berhasil dorong likuiditas, turunkan bunga, dan gerakkan ekonomi.

Bahlil Tekankan Loyalitas Kader Golkar: Kawal Program Presiden, Jangan Jauh dari Rakyat

Ketum Golkar Bahlil minta kader dukung program Presiden, susun anggaran pro rakyat, dan hadir di tengah masyarakat.


See All
; ;