Sulawesi Selatan,gemasulawesi – Selama tahun 2022 ditemukan puluhan ribu kasus tuberculosis di Sulawesi Selatan. Ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Tuberculosis Sulawesi Selatan, Andi Julia Junus, Rabu 4 Desember 2023.
Menurutnya Dinas Kesehatan telah mendata kasus tuberculosis di Sulawesi Selatan. Ia menyebutkan berdasarkan data yang ada terdapat 20.388 kasus dalam setahun selama periode 2022 sampai sekarang.
Tuberculosis merupakan penyakit yang dikarenakan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, jelas dr Andi Julia Junus.
Baca : Kementerian Agama Wilayah Sulawesi Selatan Melakukan Penelusuran Terkait Dugaan Aliran Sesat di Gowa
Disebutkan, data itu dapat bertambah sebab pencarian pasien TB masih dilakukan sampai bulan Februari mendatang.
“Kami belum tutup data, sehingga sampai saat ini kasus tuberculosis di Sulawesi Sulatan mencapai 20.388 kasus di 24 kabupaten/kota atau 65,79 persen melebihi target nasional,” bebernya.
Dijelaskannya kasus penyakit tuberculosis tak sama dengan penyakit lainnya, seba pada penyakit ini makin banyak ditemukan kasus tuberculosis maka makin menunjukkan kinerja suatu daerah di dalam penanganan tuberculosis.
Baca : Makassar Penderita HIV/AIDS Terbanyak di Sulawesi Selatan
Pemerintah Pusat sudah menghitung beban tuberculosis di setiap provinsi. Melalui hasil survei yang dilaksanakan Pemerintah Pusat, Sulawesi Selatan ditargetkan mempunyai beban tuberculosis sebanyak 30.985 kasus.
Target ini turun dari tahun 2021 yakni sebesar 31.022, sementara tahun 2022 Sulawesi Selatan ditargetkan sebanyak 30.985 kasus.
“Temuan kasus tahun 2022 sudah lebih baik dibandingkan tahun 2021 yang cuma 49 persen dari target. Tahun 2022 kita sudah berhasil menemukan 65,79 persen kasus. makin tinggi temuan maka makin baik kinerjanya,” katanya.
Baca : Satpol PP Tertibkan Warga yang Tinggal di Atas Lahan Milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Temuan kasus tuberculosis yang masih rendah di tahun 2021, bisa dikaitkan dengan efek dari COVID-19.
Hal demikian juga dibenarkan Kasri Riswadi selaku Koordinator Program Yayasan Peduli Tuberkulosis Sulawesi Selatan atau Yamali TB Sulsel menyatakan kedatangan pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 sangat berpengaruh dalam penanggulangan tuberculosis.
“Dari sisi suspek tuberculosis, masyarakat semakin ragu agar memeriksakan diri ke layanan tersebut sebab takut disebut COVID-19, yang berdampak pada temuan kasus tuberculosis yang menurun drastis pada tahun 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ” terangnya.
Baca : Diskominfo-SP Sulawesi Selatan Luncurkan Portal Satu Data
Baru di tahun 2022, jumlah temuan kasus dinilai kembali meningkat seiring dengan status pandemi yang turut berimbas pada kasus maupun penyebaran informasi.
Sedangkan dari sisi handling pun sama. Tak sedikit tenaga kesehatan yang menangani tuberculosis dipindahkan agar menangani kasus COVID-19.
“Pengobatan tuberculosis pun menjadi kurang optimal dari sebelumnya. Ada pula keterkaitan antara COVID-19 juga tuberculosis, tuberculosis komorbid bahkan beberapa kali disebutkan bahwa sebagian kematian akibat COVID-19 bukan sebab COVID tetapi dikarenakan tuberculosis,” tutup Kasri Riswandi. (*/NRL)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News