Nasional, gemasulawesi - Seorang konten kreator di TikTok, yang dikenal dengan nama Om Bule, baru-baru ini menjadi sorotan setelah video parodinya mengenai Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Om Bule, yang mengenakan kaus biru dan topi putih, menyebut bahwa tidak ada air di IKN dan menyindirnya sebagai "Ibu Kota Korupsi dan Nepotisme."
Bahkan, dia mengganti singkatan IKN menjadi 'Ibu Kota Koruptor Nepotisme'.
Akibat video tersebut, polisi segera memberikan teguran kepada Om Bule agar tidak membuat kegaduhan di masyarakat.
Penyidikan pun dilakukan terkait video yang diunggah oleh pria tersebut.
Kombes Artanto, Kabid Humas Polda Kaltim, mengungkapkan bahwa lokasi yang disebut sebagai IKN dalam video tersebut ternyata tidak benar.
“Berdasarkan hasil sementara, lokasi tersebut bukan di wilayah IKN,” tegasnya.
Polisi telah memperingatkan Om Bule untuk memastikan kontennya tidak menimbulkan antipati di masyarakat.
“Jangan sampai membuat masyarakat Indonesia merasa antipati terhadap orang lain,” kata Artanto.
Menanggapi teguran tersebut, Om Bule membuat klarifikasi melalui akun TikTok-nya, maxi_masker.
Dalam klarifikasi tersebut, dia menegaskan bahwa videonya hanyalah parodi dan tidak mengerti mengapa dia harus meminta maaf.
"Om Bule minta maaf. Tentang apa? Saya tidak paham," ujar Om Bule dalam videonya.
Dia juga menyatakan bahwa singkatan IKN yang dia gunakan adalah hasil khayalannya sendiri dan bisa diartikan dalam banyak hal, seperti "Ikatan Kakak Nenek," "Ibukota Khayalan Naruto," atau "Ibu kota koruptor dan nepotisme."
Ia juga menegaskan bahwa dirinya merupakan warga negara Indonesia (WNI), meskipun kerap disangka sebagai warga asing karena penampilannya.
“Pertama gue bukan bule, gue WNI ya,” ungkap Om Bule dengan nada kesal.
Om Bule mengatakan bahwa ia adalah keturunan Jawa Jogja dan Italia, yang kini tinggal di Bogor.
Reaksi netizen terhadap parodi dan permintaan maaf Om Bule pun beragam.
Beberapa netizen justru mendukung dengan apa yang sudah dilakukan Om Bule.
“Gak usah minta maaf toh ada benarnya juga,” tulis akun @mal***.
Kontroversi ini mengingatkan pentingnya memahami konteks dan dampak dari konten yang diunggah di media sosial.
Meskipun parodi adalah bentuk ekspresi kreatif, pembuat konten tetap perlu berhati-hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau memicu ketegangan di masyarakat.
Di sisi lain, tanggapan dari pihak berwenang juga menunjukkan upaya untuk menjaga ketertiban dan mencegah informasi yang menyesatkan. (*/Shofia)